Sebuah Cerita Pendek Berjudul : Berlindung Di Balik Kata Bercanda

Berlindung Di Balik Kata "Bercanda". Ada yang pernah nonton drama korea berjudul WHO ARE YOU? SCHOOL 2015?

Pada episode pertama, ada scene di mana adik (di panti asuhan) dari tokoh Lee Eun bi terluka di salah satu bagian tubuhnya karena tindakan bullying dari salah satu temannya. Saat mereka menuntut permintaan maaf, ibu temannya mengatakan kalau sang anak hanya bercanda (dalam subtitle yang lain diartikan "main"). Kemudian Lee Eun Bi mengatakan kurang lebih, "Yang namanya bercanda itu, kedua belah pihak harus merasa senang."

Nah, ini yang kadang tidak kita sadari. Ketika kita bermaksud bercanda, apakah orang lain yang kita bercandai itu merasa senang atau malah terganggu. Begitupun dalam beberapa kasus bullying yang terjadi baik di lingkungan atau di luar sekolah, mereka beralasan bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah bercanda. Tidak peduli orang yang dicandainya itu merasa sedih atau bahkan terluka.

Kita juga bisa lihat dari beberapa kasus bullying yang viral di media sosial, sebagian dari mereka beralasan (mencari pembenaran) bahwa apa yang mereka lakukan itu hanya bercanda. Ada juga yang beralasan iseng. Ada pula yang memaklumi bahwa mereka masih anak-anak.

Sedikit cerita. Di tempat tinggal saya ada seorang anak kecil berusia enam tahun yang sedikit memiliki kekurangan. Teman-temannya sering meledeknya. Ketika anak ini menangis, bukannya berhenti membully, tapi malah semakin menjadi-jadi. Yang disayangkan, tidak sedikit orang dewasa di sana bukannya menasihati si pembully tapi malah berkata, "dasar cengeng! Gitu aja nangis." Mewajarkan sikap anak-anak yang membully dengan alasan bercanda, namanya juga anak-anak.

Padahal, justru seharusnya sedari kecil orang tua harus menasihati anak agar tidak mengganggu temannya, karena perilaku seperti ini bisa menjadi kebiasaan hingga ia menginjak usia remaja, jika dibiarkan terus maka akan menjadi sipat hingga dewasa.

Dalam Islam, sejak 1400 tahun yang lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mengingatkan, bahwa "Seorang Muslim adalah orang yang Muslim lainnya merasa selamat dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Muslim)

Di dalam hadits ini, Rasulullah shallahu'alaihi wa sallam mengabarkan tentang salah satu sifat diantara sifat-sifat seorang muslim yang sempurna dalam keislamannya.

Beliau kabarkan bahwa seorang muslim yang sempurna dalam keislamannya akan senantiasa menjaga dirinya dari menzhalimi orang lain dalam bentuk apapun. Sehingga, orang-orang merasa aman dari dirinya.

Perkataan beliau shallallahu 'allaihi wa sallam "Merasa aman dari lisannya ...," mencakup gangguan dengan bentuk ucapan maupun dengan gerakan lisan yang bersifat melecehkan dan meremehkan orang lain.

Dan perkataan beliau shallahu 'alaihi wa sallam "Dan tangannya ...," mencakup kezhaliman menggunakan tangan atau anggota tubuh lainnya, dan juga kezhaliman dengan menggunakan kekuasaan yang dimiliki.

Adapun perkataan beliau "Muslim lainnya selamat ...," bukan berarti rasa keamanan itu hanya diberlakukan kepada kaum muslim saja. Namun, mancakup setiap orang yang dilindungi darah, harta, dan kehormatannya di dalam islam. Baik, muslim maupun kafir yang dijaga darah, harta, dan kehormatannya oleh islam. (Penjelasan hadits oleh Ustadz Riki. Lc)

Nah, sikap inilah yang seharusnya ditanamkan oleh orang tua kepada anaknya, juga guru kepada anak didiknya, bahwa setiap dari kita harus menjaga diri dari melakukan kezhaliman kepada orang lain.

Bercandalah dengan canda yang menyenangkan, yang membuat kedua belah pihak merasa bahagia.

Oleh : Tsurayaa
Kota bercahaya, 08 April 2020

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sebuah Cerita Pendek Berjudul : Berlindung Di Balik Kata Bercanda"

Post a Comment