Kompetensi Komunikatif Sebagai Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris
Kompetensi Komunikatif Sebagai Tujuan Pembelajaran Bahasa
Inggris. -- Bahasa ialah suatu sistem
arbitrer dari simbol vocal, yang dipakai oleh anggota komunitas atau budaya
tertentu, atau orang lain yang sudah mempelajari budaya itu, untuk bekerjasama,
berinteraksi dan beridentifikasi diri (Kridalaksana 1993:20; Finocchiaro,
1974:3).
Pandangan lain juga
dikemukakan oleh Brown
(1987) bahwa bahasa berisi komponen simbol (vokal atau visual),
sistem dan arti yang disepakati, dipakai untuk berkomunikasi. Berdasarkan dua
definisi di atas, bahasa, karenanya, dapat difahami berdasarkan fungsinya sebagai
alat untuk berkomunikasi. Di samping itu, kemampuan berbahasa bukanlah suatu
yang didapat melalui keturunan, tapi dari belajar (Templeton, 1991).
Menurut Anthony dalam Richard dan Rodgers (1986;16) pendekatan (approach) dalam pembelajaran bahasa berhubungan dengan teori tentang sifat alami bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber praktik dalam pembelajaran. Sedikitnya ada tiga teori yang berbeda mengenai pandangan bahasa (language views) yang mempengaruhi pendekatan dan metodologi dalam pembelajaran bahasa.
Menurut Anthony dalam Richard dan Rodgers (1986;16) pendekatan (approach) dalam pembelajaran bahasa berhubungan dengan teori tentang sifat alami bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber praktik dalam pembelajaran. Sedikitnya ada tiga teori yang berbeda mengenai pandangan bahasa (language views) yang mempengaruhi pendekatan dan metodologi dalam pembelajaran bahasa.
Yang pertama ialah
pendekatan struktur (structural
view) yang
berpendapat bahwa bahasa ialah suatu sistem dari beberapa elemen yang berhubungan
secara struktural untuk menyatakan arti. Jelas ditegaskan di sini bahwa
sasaran pembelajaran bahasa ialah penguasaan sistem, yang biasanya didefinisikan
ke dalam penguasaan unit phonology (phonemes), unit
gramatika (klausa, frasa dan kalimat) dan unit leksikal (kata tugas dan kata
isi).
Yang kedua ialah
pendekatan fungsional (functional
view) yang menyatakan bahwa
bahasa ialah alat atau kendaraan untuk mengekspresikan arti. Teori ini
menekankan dimensi semantik dan komunikasi dari pada sifat gramatika bahasa
tersebut, dan mengarah pada pengkhususan dan pengorganisasian isi pembelajaran
dengan katagori arti dan fungsi dibanding elemen struktur dan gramatika.
Yang ketiga ialah pandangan interaksional (interactional view) yang menyatakan bahwa bahasa ialah alat untuk merealisasikan hubungan interpersonal dan untuk menyatakan transaksi sosial antar individu. Teori interaksional menekankan polapola move, aksi, negosiasi, dan interaksi yang terdapat dalam percakapan.
Yang ketiga ialah pandangan interaksional (interactional view) yang menyatakan bahwa bahasa ialah alat untuk merealisasikan hubungan interpersonal dan untuk menyatakan transaksi sosial antar individu. Teori interaksional menekankan polapola move, aksi, negosiasi, dan interaksi yang terdapat dalam percakapan.
Kompetensi komunikatif (communicative competence atau discourse competence) merupakan
tujuan dari pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia saat ini,
dari tingkat yang paling rendah (SD) sampai yang paling tinggi (SMA) meskipun
penekannya berbeda. Pendidikan bahasa Inggris di SD/ MI misalnya, dimaksudkan
untuk mengembangkan kempampuan berinteraksi dalam kegiatan kelas dan sekolah
(Diknas 2006:402).
Kemampuan berbahasa yang
dimaskudkan disini ialah kemampuan berbahasa yang digunakan untuk menyertai
tindakan atau disebut dengan language
accompanying action. Pada
tahapan ini, bahasa Inggris yang digunakan untuk
interaksi bersifat here and now, topik pembicaraan bersifat pada
hal-hal yang ada dalam konteks situasi.
Untuk mencapai kompetensi
ini, tugas guru ialah memajankan berbagai macam pasangan bersanding (adjacency pairs)
dalam teachers talk atau
ujaran-ujaran guru saat mengajar, yang merupakan dasar
menuju kemampuan berinteraksi yang lebih komplek (Diknas 2006:403)
Kompetensi komunikatif juga
sudah menjadi target pembelajaran sejak periode pendekatan komunikatif (communicative approach)
pada tahun 1994 hingga tahun 2004 (Competence Based Curriculum) dan 2006 (KTSP) dimana pembelajaran bahasa dimulai dari teori
bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam kurikulum
1994, (communicative
approach), tujuan pembelajaran
bahasa Inggris di Indonesia ialah meningkatkan kompetensi komunikatif.
Richard dan Rodgers (1986:
69) mengutip apa yang dikatakan Hymes (1972) sebagai “kompetensi komunikatif” yang berbeda dari pengertian “kompetensi” yang
dikemukakan oleh Chomsky. Sedang Harmer (2001: 84) berpendapat bahwa (communicative approach)
atau pendekatan
komunikatif atau pembelajaran bahasa
komunikatif adalah nama yang diberikan pada seperangkat cara yang tidak hanya
menguji kembali aspek apa yang perlu diajarkan dalam pembelajaran bahasa, tapi
juga suatu giliran penekanan (emphasis) dalam pembelajaran.
Konsep kompetensi
komunikatif pertama kali dikemukakan oleh Dell Hymes
dalam makalahnya berjudul “On
Comunicative Competence”.
Kompetensi komunikatif Dell Hymes ini sebagai reaksi kompetensi kebahasaan
Chomsky, yang oleh Dell Hymes dipandang terlalu sempit, hanya menyangkut
aspek gramatika. Dell Hymes (1972) mengemukakan bahwa penggunaan bahasa meliputi
hal-hal yang lebih sekadar mengetahui penyusunan kalimat yang benar secara
gramatikal. Ada banyak faktor lain dalam komunikasi yang menentukan aktualisasi
pemakaian bahasa secara umum disebut konteks.
Kompetensi komunikatif
merupakan kemampuan untuk menerapkan kaidah gramatikal
suatu bahasa dalam membentuk kalimat-kalimat yang benar dan untuk mengetahui
kapan, di mana, kepada siapa kalimat-kalimat itu diujarkan (Tarigan 1988:40-41).
Dengan berbekal kemampuan komunikatif, seseorang dapat menyampaikan
dan megintepretsikan suatu pesan atau menegosiasikan makna secara
interpersonal dalam konteks yang spesifik (Brown 1987:199).
0 Response to "Kompetensi Komunikatif Sebagai Tujuan Pembelajaran Bahasa Inggris"
Post a Comment