Review Novel : Sang Pemimpi

Saat ini banyak novel-novel religius yang mengadopsi cerita-cerita al- Qur'an maupun al-Hadits sebagai tema sentral. Ataupun dengan memberikan penekanan dan legitimasi terhadap suatu cerita dengan dalil-dalil al-Qur'an maupun al-Hadits. Dengan begitu pembaca dapat menyerap nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam cerita tersebut untuk selanjutnya diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Sehingga novel-novel tersebut tidak hanya bernilai estetis tetapi juga edukatif.

Salah satu novel yang mengandung nilai pendidikan Islam adalah “Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata”. Novel ini tidak hanya berisi tentang cerita fiktif belaka, tetapi di dalamnya banyak terdapat pesan pendidikan yang dapat dipetik. Sehingga cerita yang dipaparkan tidak hanya sebatas imaginer, tetapi juga memiliki misi edukatif. Misi edukatif ini bisa dilihat dari nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam dialog tokoh-tokoh yang ada di dalam novel Sang Pemimpi. Di antara nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam novel ini adalah nilai pendidikan aqidah, akhlak dan syar‟iah, yang dikemas secara estetis dalam bentuk narasi.

Di sini ( Novel Sang pemimpi ) ada korelasi antara tingkat spiritualitas pengarang dengan pesan-pesan yang disampaikan dalam karya sastra. Dimana pesan yang disampaikan merupakan manifestasi kehidupan religius pengarang yang tertuang dalam karya sastranya, sehingga pembaca dapat mengaplikasikan pesan tersebut dalam kehidupan nyata.

Pemilihan rangkaian novel kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dilatarbelakangi oleh adanya keinginan untuk memahami nilai-nilai edukatif yang tercermin dari perilaku-perilaku tokoh. Novel ini menceritakan tentang persahabatan dan setia kawanan yang erat dan juga mencakup pentingnya pendidikan yang begitu mendalam. Ada banyak quote membangun yang sederhana namun penuh kekuatan untuk meraih mimpi.

Sang Pemimpi adalah novel kedua karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang pada tahun 2006, yang kini telah mencapai cetakan ketiga puluh di tahun 2014. Novel ini merupakan novel kedua dari Tetralogi Laskar Pelangi yang bercerita tentang kehidupan tiga orang pemimpi yang bersemangat melanjutkan sekolah dari jenjang ke jenjang, meski harus dilakukannya dengan bekerja sambilan demi memenuhi kebutuhan. Mereka mempunyai impian untuk bersekolah melanjutkan pendidikan ke Sorbonne, Prancis.

Dalam novel Sang Pemimpi, Andrea Hirata bercerita tentang kehidupannya di Belitong pada masa SMA. Tiga tokoh utama dalam karya ini adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Ikal tidak lain adalah Andrea Hirata sendiri, sedangkan Arai adalah saudara jauhnya yang menjadi yatim piatu ketika masih kecil. Arai disebut simpai keramat karena dalam keluarganya ia adalah orang terakhir yang masih hidup dan ia pun diangkat menjadi anak oleh ayah Ikal. Jimbron merupakan teman Arai dan Ikal yang sangat terobsesi dengan kuda dan gagap bila sedang antusias terhadap sesuatu atau ketika gugup. Ketiganya melewati kisah persahabatan yang terjalin dari kecil hingga mereka bersekolah di SMA Negeri Manggar, SMA pertama yang berdiri di Belitung bagian timur.

Demi memenuhi kebutuhan hidup, Ikal dan Arai harus bekerja sebagai kuli di pelabuhan ikan pada dini hari dan pergi ke sekolah setelahnya. Namun begitu, mereka tetap gigih belajar sehingga selalu berada dalam peringkat lima teratas dari 160 murid di sekolahnya. Sekolah mereka merupakan SMA negeri pertama yang bergengsi di Belitong, sebelumnya satu-satunya SMA yang terdekat berada di Tanjung Pandan. Sekolah tersebut berada 30 kilometer dari rumah Ikal dan Arai sehingga mereka harus menyewa kamar dan hidup jauh dari orang tua.

Pada akhirnya, Jimbron harus berpisah dengan Ikal dan Arai yang akan meneruskan kuliah di Jakarta. Selama di Jakarta, mereka luntang-lantung mencari pekerjaan namun akhirnya Ikal menjadi pegawai pos dan Arai pergi ke Kalimantan untuk bekerja sambil kuliah. Ikal berhasil membiayai kuliahnya di Universitas Indonesia hingga menjadi Sarjana Ekonomi, sedangkan Arai belajar biologi di Kalimantan. Hidup mandiri terpisah dari orang tua dengan latar belakang kondisi ekonomi yang sangat terbatas namun punya cita-cita besar, sebuah cita-cita yang bila dilihat dari latar belakang kehidupan mereka, hanyalah sebuah mimpi.

Dari novel ini dapat diambil beberapa pelajaran hidup yang penting, salah satunya yakni harus benar-benar menghargai hidup, menghargai semua pemberian Tuhan, tidak pantang menyerah bila menginginkan sesuatu, dan tidak ada yang tidak mungkin asalkan mau dan berusaha. Dapat diambil kesimpulan bahwa semua kehidupan manusia sudah ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan, dan segala apa yang dialami oleh manusia tidaklah luput dari campur tangan ( kuasa ) Tuhan.

Oleh : Safari
Judul Buku : Sang Pemimpi
Penulis : Andrea Hirata

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Review Novel : Sang Pemimpi"

Post a Comment