REVIEW BUKU : MICRO TEACHING, Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif dan Kreatif


A. Cover Buku
1.      Bagian Depan

2.      Halaman Kedua dari Depan

B. Judul Buku
MICROTEACHING
(Teori & Praktik Pengajaran yang Efektif & Kreatif)

      C. Penulis
Barnawi dan M. Arifin
 
      D. Informasi Lainnya
Editor : Andin
Proofreader : M. Faiz
Desain Cover : Anto
Desain Isi : Amin
Penerbit :
AR-RUZZ MEDIA
Jl. Anggrek 126 Sambilegi, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Jogjakarta 55282
ISBN :
978-602-313-037-5
Cetakan II, 2016
Didistribusikan oleh :
AR-RUZZ MEDIA
Telp./Fax.: (0274) 4332044
E-mail: marketingarruzz@yahoo.co.id


REVIEW MICROTEACHING (Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif dan Kreatif)
            Pada bab I menjelaskan tentang konsep dasar microteaching. Dari segi sistematikanya sangat baik karena penulis menjelaskan secara berurutan mulai dari pengertian, karakteristik fungsi sampai dengan prinsip. Hal ini mengakibatkan pembaca (khususnya guru atau calon guru) bisa memahami dan mengkaji secara mendalam mengenai microteaching. Gaya bahasa yang digunakan juga sederhana tidak rumit sehingga mudah untuk dipahami.
Kemudian menginjak pembahasan bab II menjelaskan tentang pelaksanaan microteaching. Apabila ingin sukses dalam pelaksanaan microteaching, harus ada kerjasama antar komponen dalam microteaching. Komponen microteaching ada empat yaitu:
1.      Teacher trainee
2.      Observer
3.      Student
4.      Supervisor
Keempat hal tersebut harus kerjasama secara sinergis guna mencapai tujuan microteching. Jika saat kita berperan sebagai teacher trainee maka juga harus mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang baik juga harus menampilkan keterampilan mengajar yang sedang kita praktikkan. Karena dalam microteaching hanya fokus pada keterampilan mengajar tertentu saja. Misalnya guru sedang berlatih tentang “keterampilan mengadakan variasi” maka keterampilan tersebut dibuat mendominasi proses pengajaran mulai dari membuka pengajaran sampai dengan mengakhiri pengajaran. Dan ketika calon guru menjadi teacher trainee maka ia juga bisa memerankan sebagai siswa, evaluator (pemberi feedback), operator, dan pengatur sesi pengajaran mikro. Tak lupa juga ketika melaksanakan microteaching harus di laboratorium yang memiliki alat-alat laboratori dan ruang-ruang khusus seperti: ruang praktikum, ruang observasi, ruang operator, serta ruang proyeksi. Memang jika ingin mencapai hasil yang maksimal dalam microteaching maka lebih baik harus memenuhi prasyarat juga prosedur microteaching. Namun bagaimana jika suatu lembaga tidak memiliki laboratorium ketika akan melaksanakan microteaching? Hal tersebut juga tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaannya. Yang perlu disiapkan adalah sebuah ruangan yang luas, adanya kamera video, keempat komponen utama microteaching, juga harus mengikuti fase-fase dalam microteaching. Semua hal tersebut dilakukan agar mendapat umpan balik yang objektif dan spesifik sehingga praktikan bisa memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya. Perlu diketahui bahwa dalam microteaching terdapat empat hal yang harus disederhanakan yakni: 1. Waktu mengajar, 2. Jumlah siswa, 3. Materi/bahan ajar, 4. Jumlah keterampilan mengajar yang disederhanakan menjadi 1.    
Memasuki bab III, membahas tentang siklus microteaching. Siklus ini meliputi plan, teach, feedback, re-plan, re-teach, kemudian re-feedback. Dalm bab ini dijelaskan secara lengkap dan sistematis tentang siklus microteaching. siklus microteaching merupakan proses latihan yang dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh penguasaan yang maksimal dari setiap jenis keterampilan yang dilatihkannya. Pengulangan akan meningkatkan derajat keterampilan yang dilatijkannya. Dilihat dari siklus microteaching kita bisa mengetahui bahwa microteaching merupakan program yang sangat cocok untuk guru/calon guru apabila ingin meningkatkan kualitas keterampilan mengajarnya. Karena dalam siklus microteaching ini apabila praktikan masih memiliki kekurangan dalam keterampilan mengajarnya maka akan diulangi sesuai siklus microteaching. Memang nampak rinci siklus microteaching ini dan apabila diterapkan dalam perguruan tinggi yang memiliki keterbatasan waktu dalam proses pembelajarannya tentu membutuhkan waktu lama. Namun jika terjadi hal tersebut, kita tetap bisa menerapkannya namun tidak seideal yang dicontohkan dalam buku tersebut. Antara teori dan praktiknya kadang berbeda. Dalam teori dicontohkan microteaching secara ideal, sayangnya buku microteaching tidak memberikan contoh dan solusi bagaimana menerapkan microteaching di perguruan tinggi yang waktunya terbatas dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya bab IV sampai dengan bab VI menjelaskan tentang penilaian microteaching, keterampilan dasar mengajar, dan pengelolaan belajar dalam microteaching. Mengenai penilaian microteaching sangatlah penting, karena dengan adanya penilaian ini banyak pihak yang terbantu. Misalnya dari pihak teacher trainee, mereka dapat mengukur sampai sejauh mana kemampuan mengajarnya juga mengembangkan rencana pembelajarannya. Apabila sudah diketahui tingkat pencapaian kompetensi mengajarnya mereka dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam praktik mengajarnya maupun dalam pembuatan rencana pembelajarannya. Kemudian dari pihak supervisor (dosen pembimbing) memperoleh umpan balik selama proses membimbing teacher traineenya. Oleh karena itu secara idealnya program microteaching harus memenuhi komponen dan mengikuti teknik penilaian yang telah dijelaskan dibuku ini. Guru/calon guru dapat meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mempelajari buku ini. Karena telah dijelaskan dalam buku ini mengenai berbagai macam keterampilan dasar mengajar yang meliputi:
1. Membuka dan menutup pelajaran
2. Menjelaskan
3. Mengadakan variasi
4. Memberikan penguatan
5. Bertanya
6. Mengelola kelas
7. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
8. Membimbing diskusi kelompok kecil
Buku ini sangat menarik didalamnya juga dijelaskan tentang pengelolaan belajar dalam macroteaching (pengajaran yang sebenanrnya). Apabila guru/calon guru telah dinyatakan lulus dalam microteaching, selanjutnya guru perlu memahami bagaimana mengelola pembelajaran macroteaching. Pengelolaan tersebut meliputi: 1) pengelolaan siswa, 2) pengelolaan bahan atau materi ajar, 3) pengelolaan fasilitas belajar, 4) pengelolaan waktu belajar, dan terakhir seorang guru/calon guru juga harus mempelajari bagaimana memiliki keterampilan mengajar dalam macroteaching. Semua itu harus terus dipahami agar guru dapat meningkatkan keterampilan mengajar dan kompetensi lainnya.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "REVIEW BUKU : MICRO TEACHING, Teori dan Praktik Pengajaran yang Efektif dan Kreatif"

Post a Comment