"Rasa Sayang" Sebuah Ungkapan Anak Kepada Orang Tua

"Rasa Sayang" Sebuah Ungkapan Anak Kepada Orang Tua. -- Ketika berbicara tentang orangtua, tak terasa air mata akan menetes karena bangga dan kagum atas keikhlasan mereka. Do`a dan perjuangan orangtua dalam mendidik anaknya adalah senjata kesuksesan bagi anak – anak mereka. Maka sesungguhnya yang menjadi magnet dalam sebuah keluarga adalah sosok orangtua. Begitu pula keluargaku yaitu Ibu dan Bapak menjadi inspirasi hidup yang sangat bermakna dan tauladan bagi generasi penerus dalam keluarga. Bagaimana sosok seorang Ibu yang selalu siaga dalam memperhatikan setiap gerak, setiap langkah, setiap aktivitas anak mereka mulai dari hal yang paling kecil sekalipun. Seorang Ibu yang selalu ingin melihat anaknya tercukupi semua kebutuhannya, terjaga kesehatannya, terjaga akhlaqnya.Tentunya semua ini juga tidak terlepas dari dukungan seorang Bapak yang mempunyai harapan yang besar kepada keluarganya.

Melalui tulisan inilah aku goreskan sepenggal kenangan indah dan penuh makna untuk mengenang perjuangan beliau waktu kecilku sampai saat ini. Segala upaya Bapak dan Ibu lakukan, bahkan  tak kenal lelah dan putus asa dan merajut asa agar bisa mewujudkan mimpi putri semata wayangnya. Beliau bukan seorang yang mempunyai gelar, bukan juga seorang yang mempunyai jabatan, akan tetapi beliau adalah seorang pekerja keras sebagai seorang nelayan sekaligus seorang pedagang yang mempunyai cita – cita dan impian terhadap masa depan anaknya.

Inilah kehidupan kami, tempat tinggal kami berada di daerah pesisir kota Sidoarjo. Transportasi utama masyarakat di desa kami adalah perahu. Begitupula ketika aku menginjak sekolah dasar, kulalui dengan penuh rasa gembira walaupun aku harus sekolah di desa seberang dan melewati arus sungai. Hembusan angin dan deburan ombak selalu setia menemani perjalanku dalam menuntut ilmu. Setiap hari Bapak mengantarkankanku pergi ke sekolah dengan menaiki perahu miliknya. “Rasa Sayang”, Ya! dua kata itulah yang menjadikan perahu milik Bapak berbeda dengan perahu yang lainnya.

Rasa Sayang itu tertulis di samping perahunya dengan warna yang penuh makna. Warna merah muda pada rasa sayang menunjukkan cinta, sayang, dan kepedulian, orangtua dalam merawat anaknya. Sedangkan bagian dasar putih pada tulisan tersebut menunjukkan kesucian dan keikhlasan orangtua dalam menyayangi anaknya. Begitu berharganya perahu kenangan itu bagi keluarga kami, karena perahu itu tak hanya menjadi alat transportasi tetapi juga menjadi sarana bagi keluarga kami untuk meraih cita – cita dan ridho ilahi. “Rasa sayang” itulah yang setiap hari aku lihat dan aku rasakan setiap aku  hendak belajar dan selalu aku tunggu untuk menjemputku ketika pulang sekolah. Semangat belajarku dan teman – temanku tak pernah pudar, walaupun kondisi bangunan sekolah kami begitu mungil dan sederhana. Dinding dan lantainya yang terbuat dari kayu bahkan hampir lapuk tak membuat kami berhenti tersenyum dan patah semangat. Dan kini sekolah itu tampak berubah, bangunannya  kokoh, nampak lebih asri dan indah.

Kesadaran orangtua terhadap pendidikan di daerahku saat itu masih rendah. Banyak dari mereka yang tidak melanjutkan pendidikan anak mereka. Mereka lebih sering mengajak anak mereka untuk melaut daripada bersekolah. Sebagian dari mereka berpendapat yang terpenting adalah anak – anak mereka bisa bekerja dan menghasilkan uang. Akan tetapi pemikiran demikian tak terjadi pada berberapa keluarga yang lain termasuk orangtuaku. Dukungan orangtua dalam jenjang pendidikankupun terus mengalir. Bapak dan Ibu selalu memberikan motivasi dan harapan agar aku terus bersemangat untuk terus melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya  di kota. Persaingan jelas terlihat, aku yang datang dari desa dilihat dari segi kemampuan jelas tertinggal jauh dengan teman – temanku yang berasal dari kota. Akupun menyadari memang kemampuanku belum terasah dengan baik dan aku yakin bukan karena aku tidak bisa tetapi ini adalah kesuksesan yang butuh kerja keras dan pengorbanan. Kerja keras untuk belajar, kerja keras untuk memotifasi diri, kerja keras untuk melalui perubahan. Semua itu ternyata tak sia – sia, kenyataan itu hadir ketika acara kelulusan di tingkat sekolah atas. Begitu bangganya Bapak dan Ibu mendengar namaku  disebut sebagai salah satu siswa yang berprestasi. Rasanya seperti tak mungkin ketika mengingat teman – teman sekolahku mencibirku dan mengatakan aku tak mungkin pintar dan sehebat mereka.  Akan tetapi ketekunan, optimis terhadap kemampuan, do`a serta rasa sayang ibu dan bapak menjadi sesuatu yang membanggakan.

Kejadian tersebut mengingatkanku pada sebuah kalimat yang tidak asing lagi dan sering dilontarkan oleh komedian Tukul Arwana  yaitu “wajah ndeso, rejeki kuto”  (Tampangnya orang desa tapi rejeki dan peruntungannya kota). Selangkah lebih maju orangtuaku juga mempunyai pandangan “wong ndeso, pemikiran kuto”  (biarpun orang desa tapi pemikiran seperti orang kota). Dan hal ini juga mereka terapkan pada pendidikanku hingga aku sampai ke jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu aku selalu berpandangan darimanapun kita berasal maka you must have a dream, learn and change.

Oleh : Nurul Huda

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to ""Rasa Sayang" Sebuah Ungkapan Anak Kepada Orang Tua"

Post a Comment