Memori Indah tentang Banjir Jakarta

Memori Indah tentang Banjir Jakarta. Mengingat 20an tahun ke belakang ketika saya masih jadi anak SD. Saya yang asli kelahiran Jakarta selalu 'berharap' ketika sedang hujan deras.

'Banjir ga ya...banjir ga ya..' begitulah yang terucap dari batin saya. Bukan berharap nggak banjir, saya malah berharap banjir. Karena biasanya sekolah diliburkan termasuk kantor-kantor. Senang rasanya bisa seharian di rumah main air, berkumpul dengan ayah ibu yang terpaksa tidak bisa ngantor, kemudian kerja bakti membersihkan rumah.

Kebetulan daerah rumah saya kalau kena banjir biasanya nggak parah, paling dalam pernah setinggi perut orang dewasa. Sejak jaman ke jaman tingginya mulai berkurang, air hanya menggenang di jalanan tidak pernah lagi masuk ke rumah. Maaf saya ngga tahu atas jasa Gubernur yang mana. Mungkin Sutiyoso atau Foke tapi di jaman Foke juga pernah ada banjir besar.

Saya yakin anak-anak jakarta yang seumuran saya pada umumnya memiliki memori positif tentang banjir. Memang bikin capek membersihkan rumah. Tapi datangnya banjir setahun sekali harus diakui agak menghibur di tengah rutinitas sekolah.

Ketika banjir terjadi, biasanya anak-anak keluar rumah menyusuri jalananan yang tergenang. Saya ngga sampai berenang, paling pakai celana pendek jalan-jalan di tengah banjir. Seringnya sambil menemani embak atau ibu beli mie instan dan semacamnya. Mati lampu? Iya lah biasa itu. Kebingungan susah cari makanan? Itu serunya karena biasanya ada tetangga yang berbagi atau berburu mie instan di warung atau Indomaret.

Pernah mengungsi? Iya pernah kita ngungsi ke tetangga yang rumahnya tinggi. Tetangga saya orang Toraja, kami orang Jawa tapi kami sama-sama orang Jakarta. Tetangga kami menampung beberapa keluarga. Senang sekali rasanya saling berbagi bantuan dan makanan. Karena kita sama-sama kebanjiran kita merasa senasib ada temannya. Rindu rasanya mengingat masa-masa kita saling bantu tanpa lihat suku dan agama. Banjir menyatukan kita.

Kemarin nonton Kompas TV ada narasumber Arkeolog, pak Candrian Attahiyat namanya. Ya saya juga sarjana Arkeologi dan kebetulan skripsi saya juga mendapat banyak bantuan dari pak Candrian.

Beliau bertutur. Banjir Batavia itu sudah terjadi sejak tahun 1620. Tahun 1665 mulai dibuat sodetan-sodetan tapi gagal. Segala usaha mulai dilakukan oleh arsitek handal belanda seperti mulai dibangunnya bendung katulampa atau banjir kanal. Segala usaha selama ratusan tahun itu bisa mengurangi tapi tidak pernah bisa benar-benar menghilangkan banjir.

Saya jadi berpikir, tahun 1620 mana ada bangunan tinggi pencakar langit seperti sekarang? Tanah juga belum beton. Adapun masalah sampah juga nggak kayak sekarang, plastik aja belum ada. Tapi kok bisa Batavia banjir?

Selama ini kita sibuk menyalahkan pembangunan dan sampah atas terjadinya banjir. Mungkin masalah sebenarnya adalah dari segi topografi Jakarta secara alami memang mudah kebanjiran?

Saya prihatin semua pihak mudah sekali menyalahkan gubernur. Hei dari dulu kita kebanjiran kenapa baru sekarang nyalahin Ahok atau Anies kalau kebanjiran?

Sedari dulu kala warga Jakarta kalau kebanjiran nggak pernah nyalah-nyalahin gubernur. Banjir setahun sekali kita terima dengan ikhlas segala suka dan dukanya. Bukan seperti sekarang yang digoreng-goreng seakan salah satu orang semata.


Semakin deras hujannya, semakin besar banjirnya. Itu alamiah. Apalagi katanya hujan kali ini adalah yang terderas kita alami selama 150an tahun terakhir.

Turut berduka dan prihatin atas musibah banjir yang terjadi. Tapi buat yang mudah menyalahkan dan menyinyir tolong diresapi dulu dalam hati. Apa iya kita perlu menghujat gubernur atas bencana yang terjadi? Memang apa yang kalian harapkan? Masa iya kalian berharap Gubernur lengser gara-gara Jakarta kebanjiran? Kalian kemana aja dlu pas Jakarta banjir ketika gubernurnya bukan Anies?

Ketimbang sibuk nyari kejelekan pemerintah karena banjir ini, mungkin sesekali coba mengenang masa kecil dulu ketika kena banjir. Saya yakin ada satu atau dua memori bahagia ketika kebanjiran yang bisa membuat kita lebih bersyukur.

Penulis : Kanina Anindita
https://www.facebook.com/kanina.anindita.1

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Memori Indah tentang Banjir Jakarta"

Post a Comment