Motivasi Kerja Dalam Perspektif Islam

Motivasi Kerja Dalam Perspektif Islam -- Ajaran islam mengajarkan kepada seorang muslim untuk tidak bersikap dan berkeyakinan fatalisme. Karena fatalisme adalah jalan yang negative dalam  kehidupan, yaitu bersikap menunggu tanpa berusaha. Islam hanya mengenal konsep tawakal kepada Allah berarti mendayagunakan seluruh potensi untuk memikirkan keselamatan, mempertimbangkan berbagai alternatif, dan memilih yang terbaik untuk diimplementasikan.

Atas dasar itulah ada unsur yang menjadikan hidup manusia positif dan berguna. Islam mempunyai konsep tentang dunia sebagai ladang akhirat, memposisikan kepentingan materi bukan sebagai tujuan, namun sebagai sarana merealisasikan kesejahtraan manusia. Allah SWT berfirman yang artinya:

"dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan)dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain)sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”(QS. Al-Qashash :77)

Islam mengajarkan bahwa setiap pekerjaan dan kenikmatan yang baik dapat berubah menjadi ibadah jika disertai niat tulus untuk menjaga anugerah hidup dan manfaatnya, serta menghormati kehendak pemberinya. Jika iman merupakan ruh dan rahasia amal, maka amal merupakan tubuh dan bentuk iman. Memisahkan keduanya akan menghasilakn bentuk kehidupan yang timpang. Orang yang beriman tetapi tidak bekerja, maka ia hidup dalam kehampaan dan kelumpuhan, tidak ada hasil konkrit dalam hidupnya, dan tidak ada tanda-tanda keimanannya. Sebaliknya, orang yang bekerja tanpa iman akan hidup seperti robot dan tidak mampu merasakan eksistensi nilai-nilai dibalik penciptaanya. (Hamid, 1997:107-126).


 Hal senada juga diungkapkan oleh latief (2005:173), menurutnya “kalau orang bekerja motivasinya uang, ia hanya memperoleh uang itu saja. Sebaliknya kalau motivasi seorang pekerja adalah kerja keras, keikhlasan dan ibadah, maka ia akan memperoleh semuanya. Dan uang dengan sendirinya akan mengikututi. Berapapun ia
mendapatkan uang entah banyak atau sedikit pasti tetap bersyukur. Dan rasa bersyukur inilah yang membuat mereka akan terus terpompa semangatnya untuk bekerja dan berkarya terus.

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Faktor-faktor motivasi menurut Hellriegel dan Slocum, seperti dikutip Abu Sujak, membagi kedalam tiga factor utama yang mempengaruhi motivasi, yaitu:

  1. Perbedaan karakteristik individu. Perbedaan ini meliputi kebutuhannya, nilai, sikap dan minat. 
  2. Perbedaan karakteriatik pekerjaan. Perbedaan ini meliputi persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikasi tugas, otonomi dan tipe-tipe nilai yang berbeda.
  3. Perbedaan karakteristik lingkungan kerja atau organisasi. Perbedaan ini meliputi: perbedaan peraturan, kebijakan, system pemberian hadiah (kompensasi) dan misi organisasi.

Perbedaan tersebut diatas akan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dan sebaiknya atasan dalam memotivasi bawahannya mengerti perbedaan perbedaan tersebut.

Metode - Metode Pemberian Motivasi

Untuk memberikan motivasi pada tenaga kerja /guru ada dua metode yang dilakukan yaitu secara langsung (motivasi langsung) dan secara tidak langsung (motivasi tidak langsung) Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung, jelas tegas kepada para guru baik berupa materi maupun non materi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Misalnya, bonus, gaji,tunjangan hariraya dan lain-lain.

Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan secara tidak langsung atau tidak secara terang-terangan, padahal sebenarnya bertujuan memotivasi, seperti misalnya lingkungan kerja yang bersih atau dapat menunjang semangat, gairah dan kelancaran pelaksanaan tugas, tempat duduk yang bagus dan empuk, adanya suara musik yang memberikan semangat kerja, mesin-mesin dan layout bagus, udara nyaman, dan lain-lain.

Dalam prakteknya di lembaga-lembaga dan organisasi lainnya, kedua macam metode langsung dan tidak langsung sama-sama digunakan karena keduanya saling mendukung. Hal ini jelas bertujuan untuk membangkitkan, mempertahankan, meningkatkan semangat dan gairah kerja guru yang pada akhirnya dapat mendorong tercapainya produktifitas kerja optimal. (Hasibuan, 2002:149)

Prinsip - prinsip Pemberian Motivasi Kerja

Daya rangsang (motivasi) dapat berbentuk materi atau non materi, positif atau negative. Sistem pemberian rangsangan yang berhasil hendaknya memenuhi beberapa kaidah ini:

  1. Seimbang antara rangsangan positif atau negatif 
  2. Adanya rangsangan material dan immaterial.
  3. Daya rangsang yang sangat efektif adalah berpengaruh langsung terhadap pribadi yang dapat dirasakan dan diterjemahkan oleh individu-individu, baik dalam bentuk insentif maupun sanksi hukum yang akibatnya kembali kepada mereka dengan segera.

Adapun prinsip-prinsip pemberian daya rangsang kerja antara lain:

  1. Diantara motivasi yang terpenting agar para guru mau mengarahkan tenaga untuk bekerja dengan baik adalah rasa tenang dengan kecukupan material yang seimbang dengan kebutuhan dan tuntutan hidup, dan yang harus sesuai dengan tingkat pendidikan dan pengalaman mereka. 
  2. Semakin intens perasaan para guru bahwa mereka merupakan bagian tak terpisahkan dari kelompok, membuat mereka semakin terikat dengan tujuantujuan lembaga. Ketentuan mereka untuk bekerja, menyebabkan lembaga dapat merealisasikan tujuan. Sangat penting menyiapkan situasi kondusif bagi kerja kelompok dan mengembangkan fasilitas kerja sama. Hal itu menyebabkan eksperimen individu menjadi lebih matang, sehingga terealisirlah kecenderungan dan kebutuhan individu untuk berpihak pada kelompok kerja, merasa sebagai anggota di dalamnya, dan memperoleh penghargaan atas kesungguhannya. 
  3. Untuk mengembangkan kelompok kerja secara maksimal, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para guru merasa bahwa gagasan-gagasan mereka sangat bermanfaat bagi lembaga, sehingga lembaga tidak harus menggali gagasan-gagasan dari pihak lain  
  4. Tidak melupakan struktur organisasi secara umum dan sejauh mana struktur itu memberi peluang-peluang kerja yang produktif, khususnya dengan besarnya bentuk lembaga modern seperti sekarang yang fungsi-fungsinya telah ditetapkan dalam bentuk yang tidak memungkinkan hubungan langsung secara terus menerus antar seluruh jajaran.

Selain itu islam juga memberikan peluang adanya rangsangan kerja baik yang bersifat positif dalam bentuk pemberian insentif, maupun yang berbentuk negative seperti sanksi. Tujuan pemberian rangsangan adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja dan memperbaiki tingkat pelaksanaan. Selain itu rangsangan akan mengurangi kecerobahan bekerja serta menambah keseriusan dan efektifitas kerja. (Hamid, 1997:107-129)

Daftar Pustaka:

Hamid Abdul Mursi. 1997 SDM Yang Produktif : Pendekatan Al-Qur’an Dan Sains. Gema Insani Perss. Jakarta

Latief A yusron dan Joni Ariadinata. 2005. Menabur Motivasi Memancing Inovasi. JP books. Surabaya.

Hasibuan Malayu. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.PT. Bumi Aksara. Jakarta. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Motivasi Kerja Dalam Perspektif Islam"

Post a Comment