Hubungan Perilaku Keberagamaan Dan Kecerdasan Spiritual

Hubungan Perilaku Keberagamaan Dan Kecerdasan Spiritual. -- Agama adalah suatu sistem sosial yang dianut oleh sekelompok orang yang diseratai dengan pelaksanaan ritus-ritus tertentu dan amal perbuatan yang terus menerus serta kepercayaan kepada kekuatan spiritual yang berkuasa diatas manusia seluruhnya.

Agama menyangkut kehidupan batin manusia, oleh karena itu kesadaran agama dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu ayang akral dan dunia gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama ini pula kemudian muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang.

Sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatanya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sabagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa keagamaan

Manusia mampu beragama ditentukan oleh banyak faktor tetapi ada lima faktor yang dominan yaitu early training, conscience, duty dan traditio. Early Trainning (pendidikan dini) dilakukan semenjak anak mampu menerima rangsangan atau pengaruh dari luar melaui proses kognisi. Concience (kata hati) yaitu sebagai sistem moral dan nilai dari seseorang atau rasa benar dan salah yang dikaitkan dengan kepercayaan keagamaan. Fungsinya sebagai alat kontrol perilaku atau alat penyaring.

Conscience terbentuk jika dilaksanakan sejak awal dan konsisten. Duty (tugas, pelaksanaan dari aturan) artinya bahwa disamping adanya masukan dari nilai juga harus ada pelaksanaan aturan. Habit (kebiasaan) yaitu kebiasaan yang diterapkan secara dini. Tradition yaitu adat kebiasaan yang bersifat kelompok termasuk bagian ini adalah pemilihan kawan kelompok dan kawan sebaya.

Pendidikan Agama dalam Keluarga

Materi-materi agama yang harus ditanamkan dalam lingkungan keluarga yaitu pembinaan iman, tauhid, pembinaan akhlak, pembinaan ibadah dan agama manusia, serta pembinaan kepribadian dan sosial.

1) Pembinaan Iman Dan Tauhid

Pembinaan iman dan tauhid berdasarkan surat lukman ayat 13 dimulai ketika anak masih dalam kandungan. Bahkan jauh sebelum itu yaitu ketika pembentukan keluarga. Karena dengan terwujudnya suami istri yang beriman dan taat beribadah, hal itu akan memantul pada janin yang ada dalam kandungannya.

Kebiasan-kebiasaan yang dilakukan orang tua dalam keluarga akan mendorong anak untuk meniru, seperti sholat dan membaca basmalah ketika memulai suatu aktivitas.

2) Pembinaan Akhlak

 Ketika iman dan tauhid ditanamkan, maka realisasinya berbentuk perilaku yang berupa akhlak, yaitu akhlak terhadap orang lain dan akhlak dalam penampilan diri. Selain terhadap orang tua pendidikan akhlak terhadap orang lain pusat sangat penting ditekankan pada anak mengingat manusia sebagai mahluk sosial. Anak perlu diajari bagaimana menghargi orang lain, menolong orang lain, tidak egois dan sombong ketika hal ini ditanamkan sejak kecil maka kemungkinan besar anak akan tumbuh menjadi orang yang mempunyai kecerdasan emosi yang baik serta mempunyai kepribadian mulia.

3) Pembinaan Ibadah Dan Agama

Pembinaan ibadah dan agama dilakukan melalui pengalaman anak dalam kehidupan beragama keluarga, yaitu melaui ucapan yang didengar, perbuatan dan sikap yang dilihatnya, maupun perlakuan yang dirasakan. Melalui pembiasan ini terbentuk conscience (kata hati) yang akan berfungsi ketika dewasa sebagai alat kontrol perilaku.

4) Pembinaan Kepribadian dan Sosial

Pembentukan kepribadian berkait erat dengan pembentukan iman dan akhlak, apabila nilai-nilai agama banyak masuk pada diri manusia dalam waktu yang lama, maka semua pengalaman dan nilai-nilai agama yang diberikan akan membentuk kepribadian. Disinilah pentingnya pengalaman dan pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang, untuk itu perlu ditingkatkan pemahaman keagamaan dalam menuju kemeresap dalam hati dan perasaan sehingga pendidikan yang ditanamkan benar-benar terealisir atau diterapkan dalam kehidupan.


Dari hal tersebut maka tingkah lakunya akan diarahkan dan dikendalikan oleh nilai-nilai agama. Pendidikan pada dimensi sosial kemasyarakatan penting sekali ditanamkan mengingat bahwa manusia merupakan mahluk sosial. Adapun tujuannya adalah untuk membentuk manusia muslim yang tumbuh secara sosial dan menjadi hamba yang sholeh dengan menanamkan keutamaan sosial serta melatihnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Ha ini penting agar manusia menyadari keberadan dan kemampuan untuk berperan serta dalam menciptakan kemajuan masyarakat membela dan menjaga ketentraman.

Disamping itu juga agar supaya tumbuh perasaan bahwa ia anggota dari masyarakat. Dari hal itu akan terbentuk suatau keyakinan bahwa manusia hidup membutuhkan orang lain saling menghargai dan tolong menolong seperti dalam ayat dibawah ini:

 Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (Al-Maidah 2)

Jadi hubungan perilaku keberagamaan dengan kecerdasaan spiritual erat sekali. Sebab qolbu atau hati nurani sangat sensitif terhadap gerak atau dorongan hati. Dengan kata lain apa yang dipikir dan  dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan dikerjakan.

Daftar Pustaka:

Jalaludin Rahmat, Psikologi Rahmat Sebuah Pengantar, 2002 hlm 225. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hubungan Perilaku Keberagamaan Dan Kecerdasan Spiritual"

Post a Comment