Dimensi dan Penilaian Kecerdasan Emosional

Dimensi dan Penilaian Kecerdasan Emosional. -- Goleman mengungkapkan lima dimensi kecerdasan emosional, yaitu : kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri,  kemampuan  untuk  mengelola  dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali emosi orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.114

Mengenali emosi diri adalah kesadaran diri untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi dan merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Kesadaran diri merupakan pra syarat bagi keempat dimensi utama lain. Ketidak mampuan untuk mencermati perasaan diri sendiri akan membuat diri sendiri terbelenggu dalam kekuasaan perasaan.

Orang yang  memiliki  keyakinan  yang lebih tentang perasaannya adalah motor yang andal bagi kehidupan mereka sendiri karena mempunyai kepekaan lebih tinggi terhadap perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan sampai pada  masalah  pribadi. Manusia tidak mungkin mengendalikan sesuatu yang  tidak  dikenalnya  jika mereka tidak menyadari perbuatannya. Tanpa kesadaran diri, meskipun telah bersungguh-sungguh berupaya untuk menyelesaikan permasalahan satu demi satu, seseorang tidak akan bisa memantau kemajuan yang telah diraih dan kesempatan untuk mencapai sasaran akan menemui kendala. Dengan adanya kesadaran diri maka seseorang dapat mengetahui keadaan mereka, dan dengan mengetahui keadaannya maka dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik.

Sedangkan dimensi mengelola emosi adalah pekerjaan yang cukup sulit. Namun jika emosi dapat dikuasai, tentu emosi dapat ‘dikelola dengan  baik’,  dengan artian tercipta keseimbangan emosi atau pengendalian emosi. Salah satu kemampuan mengelola emosi adalah menyesuaikan emosi, pikiran dan perilaku dengan perubahan situasi dan kondisi. Unsur kecerdasan emosional ini mencakup seluruh kemampuan untuk menyesuiakan diri dengan  lingkungan  yang  tidak  biasa, tidak terduga, dan dinamis.

Seseorang yang fleksibel adalah orang yang tangkas, mampu bekerjasama yang menghasilkan sinergi, dan dapat menanggapi perubahan secara luwes. Orang yang memiliki sifat seperti ini bersedia berubah pikiran jika ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka salah. Pada umumnya mereka terbukti dan mau menerima gagasan, orientasi, cara dan kebiasaan yang berbeda. Namun demikian, individu yang menyangkal emosi  yang  mendalam  dapat menyebabkan diskoneksi.115

Diskoneksi tersebut dapat mengakibatkan seseorang kehilangan sentuhan dengan aspek-aspek yang berkaitan dengan keberadaan dirinya sehingga cenderung menjadi orang yang mudah tersinggung, penakut, penyangkal, dan takut menghadapi kritik.

Adapun dimensi memotivasi diri sendiri menurut McDonald berasal dari motivasi yang berupa adanya perubahan energy dalam  diri  seseorang  yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.116

Dalam rumusan tersebut disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga unsur yang berkaitan, yaitu: (1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energy di dalam pribadi, (2) motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan effective arousal. Bermula dari ketegangan psikologis lalu suasana emosi yang menimbulkan kelakuan yang bermotif, dan (3) motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.117 Memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan akan terlihat sederhana. Padahal, seseorang yang memotivasi diri sendiri dituntut untuk mampu menunda keinginan yang melenceng dari tujuan dan mengabaikan godaan. Dengan kata  lain,  penundaan terhadap hal-hal yang melenceng dan dipaksakan demi mencapai  sasaran yang diinginkan merupakan inti pengaturan diri emosional.

Dimensi mengenali emosi orang lain atau berempati adalah kemampuan untuk mengenali perasaan dan keinginan orang dari kaca mata orang  tersebut. Orang yang mempunyai kemampuan empati tinggi lebih  mampu  menangkap  sinyal emosi dalam pergaulan social.

Dengan kata lain, kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang  lain,  ikut berperan dalam pergulatan dalam arena kehidupan, mulai dari mendidik anak di rumah hingga mendidik siswa di sekolah. Pada dasarnya yang dikehendaki oleh manusia adalah adanya perasaan menyadari apa yang mereka rasakan dan  mengakui bahwa perasaan mereka sama pentingnya seperti  perasaan  diri  sendiri.118

Kemampuan membaca perasaan orang lain meningkat dengan bertambahnya pengetahuan seseorang mengenai emosi diri sendiri atau orang lain. Dengan demikian maka dianjurkan untuk mengkomunikasikan perasaan kepada teman yang lebih dekat secara intensif.

Dimensi membina hubungan dengan orang lain erat kaitannya dengan keterampilan emosi orang lain. Agar dapat membina hubungan dengan orang lain maka harus mengenal dan mengelola emosi mereka. Untuk  mengelola  emosi  orang lain, terlebih dahulu harus mampu mengendalikan  diri,  mengendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan social, menyimpan kemarahan, membebaskan stress tertentu, dan mengekspresikan perasaan diri.

Sedangkan tanggung jawab adalah kemampuan untuk menunjukkan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang dapat bekerja sama, berperan, dan bersifat konstruktif. Seseorang yang mempunyai tanggung jawab social memiliki kepekaan antar pribadi dan dapat membina hubungan demi  kebaikan  bersama, tidak hanya demi dirinya sendiri.

Kemampuan menangani emosi orang lain merupakan inti seni memelihara hubungan dengan orang lain. Kemampuan inilah yang memungkinkan seseorang membentuk hubungan untuk menggerakkan dan mengilhami orang lain, membina kedekatan hubungan, meyakinkan dan mempengaruhi, serta membuat orang lain merasa nyaman. Guru yang mempunyai kemampuan mengendalikan emosi siswa dapat membuat siswa merasa senang, takut, segan, dan mau melakukan apa yang dikehendaki.

Dalam pengembangan ke lima dimensi kecerdasan emosional tidak berkembang secara serentak. Dalam hal ini, ada seseorang yang tekun sekali, mampu memotivasi diri sendiri dengan baik namun  kurang  mampu  memperhatikan emosi orang lain terlebih lagi mengelolanya. Ada juga seseorang yang mudah mengenal emosi sendiri namun kerap tidak mampu mengelolanya dengan baik.

Ada juga yang mampu mengatasi rasa cemas  dengan  baik namun  sulit sekali mengendalikan kemarahan. Dari hal-hal tersebut, yang bisa dijadikan harapan adalah realitas yang menyatakan bahwa pusat emosi merupakan bagian yang bersifat plastis dan bisa terus dibentuk. Dengan  kata  lain,  bagian-bagian  yang kurang berkembang bisa dioptimalkan dengan latihan tertentu.

Pengukuran kecerdasan emosional pada umumnya dilakukan para ahli melalui tes maupun evaluasi diri (self-report inventory) dengan menggunakan kuesioner. Cara kedua ini umumnya digunakan  untuk  mengukur  kebiasaan ataupun keterampilan seseorang, serta disajikan dalam bentuk skala  bertingkat. Agar hasil pengukuran dapat lebih dapat dipertanggung jawabkan maka keinginan responden untuk terlihat baik diusahakan dikurangi melalui instruksi agar  responden menjawab sejujurnya.

Namun demikian, belum ada alat baku yang tersedia untuk mengukur tinggi rendahnya kecerdasan emosional. Oleha karena alasan tersebut, maka harus dibuat alat ukur yang sesuai dengan tugas  dan  tanggung jawab pada bidang pekerjaannya, dan dalam hal ini pekerjaannya adalah guru, maka alat ukur yang digunakan adalah skala bertingkat  dengan  bentuk pilihan sehingga tidak ada jawaban yang benar atau salah tetapi yang ada adalah kesesuaian antara jawaban dengan kondisi emosional seseorang. Kecerdasan emosional berlaku di dalam sebuah konteks dan diantara sebuah tujuan.119

Peran kecerdasan emosional adalah untuk bertindak secara tepat di dalam konteks tertentu. Demikian pula dengan masalah mengatasi perasaan yang tidak dapat benar-benar dipisahkan sebagai faktor tersendiri dari intelegensi emosi. Ada orang yang mampu mengatasi kemarahan dengan baik, akan tetapi tidak dapat mengatasi rasa takut. Oleh karenanya, masing-masing emosi harus dinilai dan dikelola secara tersendiri atau berbeda oleh setiap orang dan setiap situasi.

Berdasarkan uraian tersebut, kecerdasan emosional dapat disintesakan sebagai kemampuan menyatukan semua informasi relevan yang berhubungan dengan kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Lebih jelasnya mengenai sub variabel dan indikator kecerdasan  emosional  adalah  sebagai berikut :

 

No

DIMENSI

INDIKATOR

 

1

 

Mengenali Emosi Diri

-     Sadar diri

-     Tenggelam dalam perasaan

-     Kesadaran akan perasaan

 

 

 

2

 

 

 

Mengelola Emosi

-     Seimbang dalam mengungkapkan rasa takut

-     Seimbang dalam mengungkapkan rasa marah

-     Seimbang dalam mengungkapkan rasa kesabaran

-     Seimbang dalam mengungkapkan kesedihan

 

3

 

Memotivasi Diri Sendiri

-     Selalu bersemangat

-     Optimisme

-     Menikmati pekerjaan

 

4

 

Mengenali Emosi Orang Lain

-     Empati

-     Mampu menangkap sinyal social

-     Mengerti isyarat yang dikehendaki orang lain

 

5

 

Membina Hubungan

-     Kesediaan menciptakan suasana komunikasi

-     Kesediaan menyimak

-     Kesediaan memecahkan masalah dengan baik

Daftar Referensi:

  • 114) Daniel Goleman, Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional), hlm. 57.
  • 115) Robert K Cooper and Ayman Sawaf, Executive EQ-Emotional Intelligence in Business, hlm. 466.
  • 116) A Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, dan Zaenal Arifin, Pendekatan Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Karya, 1989), hlm. 100. 
  • 117) A Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, dan Zaenal Arifin, Pendekatan Proses Belajar Mengajar, hlm. 101.
  • 118) Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional. Penerjemah Ary Nilandari (Bandung: Penerbit Kaifa, 1997), hlm. 8.
  • 119) Harry Aider, Boost Your Intelligence. Penerjemah Christina Prianingsih (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2000), hlm. 127-128.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Dimensi dan Penilaian Kecerdasan Emosional"

Post a Comment