Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan) Jakarta, Seni itu Untuk Semua Kalangan

Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan) Jakarta, Seni itu Untuk Semua Kalangan -- Seni berubah, dunia berubah. Seni hari ini, besok dan yang akan datang, adalah seni yang baru, yang mampu mempengaruhi proses nafsu, kehendak hingga cara pikir yang lain untuk menciptakan perubahan secara global.

Seni hari ini, harus berbeda dari era di masa orde baru yang kaku, yang selalu menganggap seni sebagai kritik sosial terhadap keadaan yang represip. Seni juga harus mampu mempengaruhi pola pikir menuju ke arah dunia yang lebih baik melalui seni.

“Art Turns, World Turns”

Tulisan besar di salah satu sudut dinding galeri Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan) itu benar-benar terasa ruhnya.

Hal itu pulalah yang berusaha dihadirkan Museum Macan untuk mempopulerkan seni untuk semua kalangan, tua, muda hingga anak-anak. Masyarakat biasa, menengah hingga kelas atas, tujuannya untuk membangun cita-cita dunia yang madani dan pemerintah yang humanis sebagai pelayan rakyat tanpa harus melihat kelas sosialnya.

Seni bahkan bisa menjadi jendela untuk dunia melalui perspektif yang berbeda untuk tujuan yang sama. Karena, pada prinsipnya seniman menghasilkan karya atas apa yang mereka lihat, alami dan rasakan.

Di museum ini pula, banyak karya-karya seni yang pada akhirnya menjadi perwakilan suara seniman sebagai masyarakat pada umumnya, pun demikian dengan kritik sosial yang ada dalam karya seniman, dan itu lumrah sebagai bentuk kontrol.

Tak ayal, keberadaan Museum Macan ini memang langsung menjadi sebuah entitas yang cukup menarik perhatian khususnya di antara para milenial yang tergugah, penasaran hingga memunculkan nalar kritis mereka melalui seni.

Dalam upaya seni menjangkau semua lapisan seperti yang menjadi misi Museum Macan, penikmatnya tak harus mereka yang pemikir apalagi seni itu merupakan sesuatu yang universal yang tak menuntut penikmatnya harus mengerti bahasa yang hendak disampaikan, bahkan seni mempersilahkan siapapun untuk hanya sekedar menjadikan karya seni itu sebagai latar foto.

Tentang Museum Macan

Museum Macan digagas oleh seorang kolektor sekaligus penikmat seni, Haryanto Adikoesoemo yang merasa prihatin terhadap dunia seni yang kerap dianggap eksklusif, njelimet hingga susah dipahami. Karena kenyataannya seni itu sederhana tentang bagaimana seseorang melihat orang lain maupun lingkungan melalui sudut pandangnya, dan penikmatnya tak harus setuju dengan keadaan itu.

Berangkat dari keprihatinan itu pula, Haryanto Adikoesoemo menghadirkan Museum Macan dengan ratusan koleksi karya seni kontemporer yang ia miliki sebagai wahana untuk siapapun termasuk menjadi media rekreasi.

Bertempat di gedung AKR Tower, Kebon Jeruk, museum ini berdiri diatas lahan seluas 4 ribu meter persegi, Museum Macan pertama kali dibuka pada bulan November 2017 dan langsung menarik minat banyak pengunjung khususnya dari kalangan milenial dengan membangkitkan sisi kritis dan kreativitas yang selama ini melekat pada mereka-mereka yang disebut sebagai generasi muda.

Selain karena pandemi, mimpi Haryanto Adikoesoemo untuk mempopulerkan seni sudah berhasil melalui keberadaan museum ini, melihat dari antusiasme pengunjung dari berbagai latar yang menjadikan mereka tak ada batas ketika berada di museum ini, meski hanya sekedar menjadikannya sebagai latar foto selfie untuk memenuhi dahaga eksistensi di media sosial.

Selama lebih dari 25 tahun, Haryanto Adikoesoemo berusaha mengumpulkan berbagai karya seni baik modern dan kontemporer untuk ditampilkan di museum ini yang kemudian bisa dinikmati oleh semua kalangan seperti saat ini.

Desain Bangunan Museum Macan

Model bangunan museum ini juga dibuat seartistik mungkin, dengan penampang gedung berbentuk persegi panjang layaknya kontainer besar dengan dinding kaca yang terang sangat identik dengan gaya bangunan industrial yang dinamis.

Demikian halnya pada bagian interior museum, dibuat tanpa sekat dengan lantai vinyl yang menonjolkan gurat-gurat serat kayu kian serasi bersanding dengan warna dinding di tiap ruangan yang didominasi warna putih terang yang kian membuat siapapun pengunjung yang berada disini merasa ketenangan luar biasa untuk menikmati berbagai karya seni.

Selain itu, untuk memudahkan pengunjung mengenali fungsi tiap ruangan dipasang berbagai informasi yang detail di siap ruangan termasuk keberadaan penunjuk arah untuk tiap area mulai dari ruang galeri, toko, sculpture garden hingga fasilitas pelengkap museum.

Bahkan, pengelola museum juga secara khusus menyiapkan tiap ruangan museum agar lebih ramah untuk kalangan difabel sejak dari memasuki area museum hingga ketersediaan toilet khusus untuk penyandang difabilitas maupun ruang menyusui serta ruang pertolongan utama.

Sedangkan untuk menjaga kualitas tiap karya seni agar tidak rusak, pengelola museum juga mendesain secara khusus tingkat kelembapan ruangan melalui suhu tertentu yang sudah sesuai dengan standar museum internasional.

Daya Tarik Museum

Di area seluas 4 ribu meter ini, terdapat sebanyak 800 lebih koleksi karya seni yang dibuat oleh sedikitnya 79 seniman baik lokal maupun mancanegara yang berhasil dikumpulkan sejak tahun 90-an oleh Hariyanto Adikoesoemo.

Karya seni dari aliran kontemporer hingga modern untuk semua penikmat seni lintas dimensi dengan berbagai tema, dihadirkan di museum ini termasuk karya seni instalasi yang menyedot banyak perhatian pengunjung milenial karena bentuknya yang unik dan artistik hingga dianggap sangat instagramable. Berikut sejumlah daya tarik karya seni yang dihadirkan di museum ini;

Infinity Mirrored Room

Ruangan berbentuk koridor khusus yang seluruh permukaan dinding kacanya yang dipenuhi dengan berbagai motif polkadot karya seniman kontemporer Yayoi Kusama ini sangat diminati oleh para pengunjung yang berasal dari latar milenial karena karya seninya dianggap kekinian dan instagramable. Ruang seni instalasi ini pula yang kerap menghias beranda-beranda media sosial seperti Instagram maupun Facebook.

Narcissus Gardena

Masih hasil karya dari seniman asal Jepang, Yayoi Kusama, instalasi seni berupa ratusan bola stainles yang ditata sedemikian rupa juga banyak diminati kalangan milenial dan penikmat seni. Dan, di salah satu sudutnya terdapat ruang dengan warna kuning terang yang dipenuhi dengan motif polkadot yang eksentrik dan mengandung unsur aesthtetic sehingga banyak diincar oleh pengunjung sebagai latar foto.

Juling

Juling adalah salah satu karya seni berbentuk komik yang cenderung satire sebagai bentuk kritik dari seniman Masriadi terhadap teknologi yang begitu cepat mempengaruhi kehidupan dan perilaku masyarakat kini yang saling terasing karena teknologi smartphone mereka.

Floating Garden

Karya seni buatan seniman Entang Wiharso ini menjadi ruang edukasi seni yang menyasar kalangan anak-anak hingga milenial yang ingin mempelajari karya seni.

Berbagai karya mulai dari mural hingga karya instalasi dihadirkan dalam floating garden dengan menggambar berbagai bentuk seperti bumi maupun karya grafiti baik gambar maupun tulisan dengan konsep hiburan maupun kritik sosial yang cenderung satire.

My Eternal Soul

Di ruang My Eternal Soul berisi deretan karya lukis yang cenderung mampu menghadirkan ketenangan hati bagi pengunjung yang menikmati karya-karya lukis yang ditata dengan rapi di dinding museum secara apik.

Flower That Bloom at Midnight

Merupakan karya instalasi berbentuk pajangan bunga dalam bentuk karakter raksasa. Bunga yang dominan dengan warna merah ini juga memiliki motif bintik-bintik putih yang daun-daunnya sekolai dibuat menyerupai bentuk kaki yang menempel di lantai.

Obliteration Room

Dalam ruangan bertembok putih ini, pengunjung akan menikmati berbagai tempelan berbentuk stiker dengan warna yang beragam termasuk cipratan cat yang menyerupai bentuk pelangi sehingga terlihat cantik dan instagenik.

One Fifteenth Coffee

Tak melulu menghadirkan karya seni, di Museum Macan ini juga terdapat kafe yang menyediakan berbagai menu kopi dan makanan ringan lainnya sebagai tempat berdiskusi dan bercengkerama pengunjung museum.

Toko Macan

Toko Macan adalah toko souvenir khusus yang menyediakan berbagai aksesoris, buku hingga souvenir khas artist series yang hanya ada dan dijual di museum ini.

Jam Kunjungan dan Tiket Masuk

Museum Macan dibuka setiap hari kecuali hari Senin, mulai dari pukul 10.00 – pukul 19.00 dengan harga tiket masuk yang dibagi dalam dua kelompok yakni perorangan dan program keanggotaan.

Untuk tiket perorangan berlaku mulai dari Rp. 100 ribu untuk dewasa, Rp. 80 ribu untuk anak-anak dan Rp. 90 ribu untuk pelajar. Sedang tiket program keanggotaan adalah Rp. 300 ribu untuk anggota individu, Rp. 180 ribu untuk pelajar serta Rp. 750 ribu untuk keluarga yang terdiri dari 2 dewasa dan 2 anak-anak.

Lokasi dan Cara Akses

Museum Macan berada di gedung AKR Tower Level MM, Jalan Panjang, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Terletak di lokasi yang lumayan strategis dan bisa diakses oleh angkutan umum, memudahkan siapapun yang hendak mengunjungi museum ini baik dengan kendaraan pribadi, angkutan umum maupun angkutan berbasis aplikasi.

Penulis: Meza Swastika

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara (Macan) Jakarta, Seni itu Untuk Semua Kalangan"

Post a Comment