Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik. -- Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran intinya bertujuan melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses proses tersebut, bantuan guru diperlukan.

Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya peserta didik atau semakin tingginya kelas peserta didik. Daryanto (2013: 55) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10% setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25%.

Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90% setelah dua hari dan perolehan pemahman kontekstual sebesar 50-70%. Pendekatan saintifik erat kaitannya dengan metode saintifik. Metode saintifik pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan yang dibutuhkan untuk merumuskan hipotesis. Metode ilmiahdilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Sani (2015: 51) mengungkapkan bahwa aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan ilmiah pada umumnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
 
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Sani (2015: 53) memiliki tahapan proses pembelajaran, yaitu mengamati, menanya, menalar atau mengasosiasi, mencoba atau mengumpulkan informasi dan mengkomunikasikan. Tahapan aktivitas belajar yang dilakukan dengan pendekatan saintifik tidak harus mengikuti prosedur yang kaku, namun disesuaikan dengan materi yang akan dipelajari.

1. Melakukan Pengamatan atau Observasi
Sani (2015: 54) mengungkapkan bahwa observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Suatu obyek dapat diobservasi untuk mengetahui karakteristiknya, seperti warna, bentuk, suhu, volume, berat, bau suara, tekstur dan lain-lain. Perilaku manusia juga dapat diobservasi untuk mengetahui sifat, kebiasaan, respon, pendapat dan karakteristik lainnya.
Langkah pembelajaran dengan observasi memiliki keunggulan diantaranya menyajikan media obyek secara nyata, siswa senang dan termotivasi. Daryanto (2014: 60) mengemukakan bahwa mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

2. Menanya
Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan dalam diri siswa dan mengembangkan kemampua mereka untuk belajar sepanjang hayat.
Guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa dalam merumuskan pertanyaan. Daryanto (2014: 65) mengungkapkan bahwa guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.

3. Menalar
Kemampuan mengolah informasi melaui penalaran dan berpikir rasional merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai  kesimpulan dari pola yang ditemukan.
Kegiatan menalar menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 (dalam Daryanto, 2014: 70) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.
Kompetensi yang dapat dikembangkan melalui kegiatan ini yaitu sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

4. Mencoba
Belajar dengan kegiatan ilmiah melibatkan siswa untuk melakukan aktivitas penyelidikan terhadap fenomena yang telah diamati dalam upaya menjawab suatu permasalahan.
Guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Hasil belajar yang nyata atau otentik akan didapat bila siswa mencoba atau melakukan percobaan.
Daryanto (2014: 78) mengungkapkan bahwa aplikasi mencoba atau eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

5. Mengkomunikasikan
Kegiatan mengomunikasikan merupakan kegiatan yang mana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari baik dengan cara ditulis maupun diceritakan. Melalui kegiatan ini, maka guru dapat memberikam konfirmasi jika ada kesalahan pemahaman peserta didik.
Hosnan (2014: 37) mengungkapkan bahwa kompetensi yang diharapkan dapat berkembang dari kegiatan ini adalah sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.

Daftar Pustaka:

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. 

Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik 2013. Yogyakarta: Gava Media.

Sani, Ridwan Abdullah. (2015). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik"

Post a Comment