Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Kegiatan Belajar
Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Kegiatan Belajar. -- Perlu kita ketahui bahwa penjelasan tahap tahap perkembangan Piaget lebih lengkap dan rinci dibandingkan dengan pendekatan teori kognitif lainnya. Ada beberapa prinsip instruksional yang disampaikan Piaget, terutama untuk mengaplikasikan di ruangan kelas. Prinsip tersebut adalah (Paul Eggen & Don Kauchak, 2007:41): (1) Provide concrete experiences that represent abstract concept and principles; 2) Help student link the concrete representations to the abstract idea; (3) Use social interaction to help students verbalize their developing understanding (4) Design learning experiences as developmental bridges to more advanced stages of development (Sediakan pengalaman kongkrit yang mewakili konsep dan prinsip yang abstrak; Menolong peserta didik menghubungkan penyajian yang kongkrit ke ide abstrak; Pergunakan interaksi sosial untuk mengembangkan pemahaman berbahasa peserta didik; Mendisain pengalaman belajar sebagai jembatan pengembangan tahapan perkembangan lebih lanjut)
Tahapan fase perkembangan Piaget juga membawa implikasi yang berbeda-beda pula dalam menentukan strategi mengajar guru (teaching) strategies) dalam setiap tahapan perkembangan kognitif peserta didik.
Tahapan fase perkembangan Piaget juga membawa implikasi yang berbeda-beda pula dalam menentukan strategi mengajar guru (teaching) strategies) dalam setiap tahapan perkembangan kognitif peserta didik.
1. Implikasi Pengajaran terhadap peserta didik yang bekerja dengan pemikir Pra-operasional (Santrock, 2007:53).
- Suruh peserta didik untuk menata sekelompok objek
- Untuk mengurangi egosentrisme, libatkanpeserta didik dalam proses interaksi sosial
- Mintalah peserta didik untuk membuat perbandingan. Misalnya perbandingan mana yang lebih besar, lebih tinggi, lebih lebar, lebih panjang.
- Beri peserta didik pengalaman dalam operasi urutan. Misalnya, mintalah peserta didik berbaris berjajar mulai dari yang tinggi sampai ke yang rendah. Beri berbagai contoh daur hidup tanaman dan binatang, seperti beberapa foto perkembangan kupukupu atau tumbuhnya kacang atau jagung dari benih. Contoh dari ala mini akan membantu kemampuan peserta didik dalam mengurutkan.
- Suruh peserta didik menggambar pemandangan dengan perspektif. Ajak mereka untuk meletakkan gambar objek objek di lukisan mereka berada di tempat yang sama seperti yang mereka lihat di aslinya. Misalnya jika mereka melihat kuda di pinggir lapangan, maka mereka harus menggambar kuda di pinggir lapangan juga.
- Buatlah lereng yang menurun atau bukit kecil. Biarkan peserta didik menggelindingkan kelereng berbagai ukuran. Suruh mereka membandingkan kecepatan turunnya kelereng yang berukuran berbedabeda itu. Ini akan membantu mereka memahami konsep kecepatan.
- Mintalah peserta didik memberikan alasan dari jawaban mereka ketika mereka mengambil kesimpulan ketika mereka mengatakan bahwa menuangkan air dari wadah yang lebar dan pendek ke wadah yang tinggi dan ramping akan membuat banyaknya air berubah, maka ajukan pertanyaan: “Mengapa kamu berpendapat demikian?” atau” “Bagaimana kamu bisa membuktikan ini pada kawan kawanmu?”
2. Implikasi Pengajaran terhadap anak yang bekerja dengan pemikir Operasional Kongrit. (Santrock, 2007: 55)
- Dorong peserta didik untuk menemukan konsep dan prinsip. Ajukan pertanyaan relevan tentang apa yang sedang dipelajari untuk membantu mereka pada beberapa aspek dari pembelajaran mereka. Jangan memberi tahu jawaban pertanyaan secara langsung kepada siswa. Biarkan mereka mencari jawaban sendiri dengan pemikiran mereka sediri.
- Lihatkan peserta didik dalam tugas-tugas operasional. Ini mencakup tugas penambahan, pengurangan, pembagian, pengurutasn dan pembalikan. Gunakan benda-benda kongkrit untuk tugas ini dan nati jika dimungkinkan gunakan simbol matematika.
- Rencanakan aktivitas dimana siswa berlatih konsep mengurutkan hierarki secara menaik atau menurun. Suruh peserta didik membuat daftar sesuatu berdasarkan urutan (misalnya: dari yang paling besar ke yang paling kecil) dari Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Republik Indonesia, Benua Asia, dan Planet Bumi.
- Lakukan aktivitas yang membutuhkan kegiatan mempertahankan area, berat dan isi.
- Suruh peserta didik mengurutkan sesuatu dan kemudian membalikkan urutan tersebut. Banyak peserta didik di kelas 3 mengalami kesulitan saat membalikan urutan, seperti dari tinggi ke rendah. Mereka lebih mudah mengurutkan dari rendah ke tinggi. Setelah menyebutkan urutan jalan dari rumah ke sekolah, mereka juga kesulitan membalikan urutan jalan yang mereka lalui, yakni dari sekolah ke rumah.
- Terus suruh peserta didik untuk menjustifikasi jawaban mereka saat mereka memecahkan problem. Bantulah mereka mengecek kebenaran dan akurasi kesimpulan mereka.
- Ajaklah peserta didik untuk bekerja berkelompok dan saling bertukar pikiran Misalnya; suruh berkelompok untuk bermain, berbagi pandangan satu sama lain.
- Pastikan bahwa materi untuk kelas sudah cukup untuk merangsang peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Serangga yang bagus untuk didiskusikan di kelas adalah kumbang kecil. Suruh peserta didik mengamati dan mendeskripsikannya. Keesokan harinya berikan kumbang yang lebih besar dan ini akan membuat peserta didik terkejut dan mendorong mereka untuk berfikir lagi.
- Ketika akan mengajar sesuatu yang agak kompleks, gunakan alat bantu visual dan alat-alat peraga. Misalnya, saat mengajar ilmu sosial dengan topik apa itu demokrasi, tunjukkan rekaman video yang mengilustrasikan konsep tersebut.
- Dorong peserta didik untuk mengutak-atik (manipulate) dan bereksperimen dalam pelajaran sains atau ilmu alam. Gunakan materi kongkrit untuk pelajaran matematika, membuat dan membacakan suatu karya dalam pelajaran sastra dan ajar mereka berdiskusi tentang perspektif mereka, serta lakukan perjalanan untuk pelajaran ilmu sosial.
3. Implikasi Pengajaran terhadap anak yang bekerja dengan pemikir Operasional Formal. (Santrock, 2007 : 57)
- Sadari bahwa banyak peserta didik bukan pemikir operasional formal yang sempurna. Meskipun Piaget percaya bahwa pemikiran operasional formal muncul antara usia 11-15 tahun, banyak peserta pada usia ini masih dalam seputar tahap pemikir operasional kongkrit dan baru saja mulai menggunakan pemikiran operasional formal. Jadi banyak strategi yang didiskusikan diatas yang berkenaan dengan pendidikan pemikir operasional kongkrit masih berlaku untuk banyak remaja. Kurikulum yang terlalu formal atau terlalu abstrak tidak akan masukke kepala mereka.
- Ajukan sebuah persoalan dan ajak peserta didik untuk menyusun hipotesis tentang cara memecahkannya. Misalnya guru bisa berkata, “Bayangkan seorang perempuan yang tak punya teman. Apa yang harus anda lakukan?”
- Sajikan sebuah problem dan sarankan beberapa cara untuk mengatasinya. Kemudian ajukan pertanyaan yang memicu peserta didik untuk mengevaluasi cara itu. Misalnya deskripsikan beberapa cara untuk menyelidiki perampokan, lalu mintalah peserta didik untuk mengevaluasi mana cara yang terbaik.
- Pilih problem tertentu yang sudah dikenal baik oleh peserta didik di kelas dan ajukan pertanyaan yang berkaitan dengannya. Misalnya guru bertanya, ”Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan jika kita ingin perekonomian pulih kembali?”
- Suruh peserta didik untuk mendiskusikan kesimpulan mereka yang terdahulu Misalnya, tanyakan” Langkah-langkah apa yang kamu tempuh dalam memecahkan problem itu?”
- Buat semacam proyek dan investigasi untuk dilaksanakan oleh peserta didik Secara periodik, tanyakan kepada mereka bagaimana mereka mengumpulkan dan menginterpretasikan data.
- Dorong peserta didik untuk menyusun penjelasan hierarkis untuk ditulis Pastikan mereka memahami cara menata tulisan mereka dari poin yang umum ke khusus. Tingkat abstraksi pemikiran operasional formal juga berarti bahwa guru yang memiliki peserta didik pada level ini dapat mendorong mereka untuk menggunakan metafora.
- Akui bahwa peserta didik lebih mungkin menggunakan pemikiran operasional formal dalam area dimana mereka punya banyak keahlian dan pengalaman Misalnya; peserta didik yang suka sastra dan senang menulis dan membaca, mungkin akan menggunakan pemikiran operasional formal di area itu. Tapi peserta didik itu mungkin tidak suka matematika dan menunjukkan pemikiran operasional kongkrit di area itu.
Selain implikasi setiap tahapan perkembangan tersebut Piaget juga memberikan pandangan umum yang berkenaan dengan cara penerapan teori Piaget untuk pendidikan peserta didik yaitu; (1) gunakan pendekatan konstruktivis (aktif dan mencari solusi sendiri); (2) fasilitasi peserta didik untuk belajar; (3) pertimbangkan pengetahuan dan tingkat pemikiran peserta didik; (4) gunakan penilaian terus menerus; (5) tingkatkan intelektual peserta didik dan (6) jadikan ruang kelas menjadi ruang ekplorasi dan penemuan.
Sumber :
Judul : Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Dalam Kegiatan Belajar
Penulis : Oleh: Nurfarhanah (Universitas Negeri Padang)
PEDAGOGI | Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan
Volume XII No.2 November 2012
Volume XII No.2 November 2012
0 Response to "Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam Kegiatan Belajar"
Post a Comment