Definisi Pondok Pesantren dan Karakter di Dalamnya

Oleh : Abdullah Hamid, M.Pd

Pondok Pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren, kata pondok berasal dari bahasa arab funduq yang artinya asrama atau tempat tinggal, dan pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggalnya para santri yang sedang mencari ilmu agama Pada dasarnya pendidikan pondok pesantren disebut sistempendidikan produk Indonesia. Atau dengan istilah indigenious (pendidikan asli Indonesia).


Pondok Pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam yang tertua di Indonesia (Madjid, 2002:5). Peraturan pemerintah Republik Indonesia No.55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan dijelaskan dalam pasal 26 ayat (1) yaitu: pesantren menyelenggarakan pendidikan dengan tujuan menanamkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, akhlak mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu Agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan atau menjadi muslim yang memiliki keterampilan/keahlian untuk membangun kehidupan yang Islami di masyarakat.

Steenbrink (1986) dalam bukunya Pesantren Madrasah Sekolah menjelaskan secara detail bagaimana metamorfosis pesantren yang bermula dari pengajaran al-Qur’an (pendidikan Islam yang paling sederhana), kemudian pengajian kitab (pendidikan lanjutan), sampai menjadi sebuah institusi formal yang disebut “Madrasah” dan bahkan kemudian menjadi institusi modern yang bernama “Sekolah”, untuk itu sebelum membahas panjang lebar tentang pondok pesantren, maka ada baiknya saya mengulas tentang pengertian pondok pesantren.

Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata yang menunjukkan pada suatu pengertian yaitu kata pondok dan kata pesantren.

Qomar dalam pemakaian sehari-hari, istilah pesantren biasa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini digabung menjadi pondok pesantren (Qomar, 2003:1). Secara esensial, semua istilah ini mengandung makna yang sama. Dalam bahsa Arab “ma’had” atau pesantren adalah bangunan tempat tinggal bagi kelompok orang untuk sementara waktu yang terdiri atas sejumlah kamar, dan dipimpin oleh seorang kepala ma’had (Depdiknas, 2002:72).

Definisi lain diungkapkan oleh Dhofier (1982:18) pesantren berasal dari kata “santri” yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran-an yang berarti menunjukkan tempat para santri. Dalam perkembangan selanjutnya, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran Agama Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut terimplementasikan dengan cara nonklasikal, dimana seorang Kiai mengajarkan santri berdasarkan kitab-kitab bahasa arab dari ulama’-ulama’ besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santrinya tinggal dalam asrama. Menurut para ahli, pondok pesantren baru dapat disebut pondok pesantren bila memenuhi 5 syarat, yaitu: 
(1) ada kiai, 
(2) ada pondok, 
(3) ada masjid, 
(4) ada santri, dan 
(5) ada pengajian kitab kuning
(Tafsir, 2001:197).


Azizi membagi pondok pesantren atas dasar kelembagaannya yang dikaitkan dengan system pengajarannya menjadi lima ketegori: 
(1) pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan maupun yang juga memiliki sekolah umum; 
(2) pondok pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional; 
(3) pondok pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah; 
(4) pondok pesantren yang
hanya sekedar menjadi tempat pengajian (majlis ta'lim); 
(5) pondok pesantren untuk ma’had anak-anak belajar sekolah umum dan mahasiswa.

Di bawah ini disebutkan metode-metode pembelajaran yang bersifat tradisional menjadi
trade mark pondok pesantren, yaitu: 
(1) metode sorogan; 
(2) metode bandongan/wetonan; 
(3) metode musyawarah atau (bahtsul masa‟il); (4) metode pengajian pasanan; 
(5) metode hafalan (muhafadzah); 
(6) metode demonstrasi/praktek ibadah; 
(7) metode rihlah ilmiyah (studi tour);
(8) metode muhawarah/muhadatsah; 
(9) metode mudzarakah; 
(10) metode riyadhah (Depag RI, 2003:73-144).

Nashori (2011:17) tentang “Kekuatan karakter santri” menerangkan bahwa ada 5 karakter yang menonjol pada santri yaitu: 
(1) Kebersyukuran (gratitude);
(2) Keadilan (fairness);
(3) Kebaikan hati (kindness);
(4) Kewargaan (citizenship); 
(5) Harapan (hope).

Menurut Kiai Sahal ada tiga Karakter yang dimiliki Pesantren yaitu: 
1) teguh dalam hal aqidah dasar dan syari’ah;
2) toleran dalam hal syari’ah atau tuntunan sosial; 
3) memiliki dan dapat menerima sudut pandang yang beragam terhadap sesuatu permasalahan sosial dan 
4) menjaga dan mengedepankan moralitas sebagai panduan sikap dan perilaku keseharian (Sahal Mahfudz, 2005:1-2).

Hamid (2013:139) Nilai-nilai yang ditanamkan di SMK berbasis pondok pesantren adalah sebagai berikut:
  1. Nilai dasar: (a) tawassuth (Moderat); (b) tawazun (seimbang);(c) tasamuh (toleran); (d) i‟tidal (adil).
  2. (2) Nilai Personal: (a) keimanan; (b) ketaqwaan; (c) kemampuan baik; (d) disiplin; (e) kepatuhan; (f) kemandirian; (g) cinta ilmu; (h) menutup aurat.
  3. (3) Nilai sosial: (a) kemampuan baik dalam kinerja; (b) sopan santun; (c) menghormati guru; (d) memuliakan kitab; (e) menyayangi teman; (f) uswah hasanah; (g) tawadzu‟; (h) do’a guru; (i) berkah; (j) pisah antara siswa dan siswi.

Daftar Pustaka

Madjid, N. (2002). Modernisasi pesantren (kritik nurcholis terhadap pendidikan Islam tradisional). Jakarta: Ciputat Press.

Qomar, M. (2003). Pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi. Surabaya: Erlangga.

Depdiknas. (2002). Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Dhofier, Z. (1982), The pesantren tradition, the role of the kyai in the maintenance of tranition Islam in Java. Arizona State University: Program for Southeast Asian Studies United Stated of America.

Tafsir, A. (2001). Ilmu pendidikan dalam prespektif Islam. Bandung: Rosda.

Depag RI. (2003). Metode Pesantren. Depag: detpekapontren ditjen kelembagaan Agama Islam.

Nashori, F. (2011). Kekuatan karakter santri. (jurnal studi agama millah, vol. xi no. 1 Agustus 2011). Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Islam Indonesia.

Sahal Mahfudz, Memahami Karakter Islam di Pesantren, Seminar Publik Hearing Pengembangan Pesantren Hotel Syahid Yogyakarta 22-23 Juni 2005.

Hamid, A. (2013). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Siswa SMK Salafiyah Prodi TKJ Kajen Margoyoso Pati Jawa Tengah. (Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol.3 Nomor.2 Juni 2013). Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Hlm.139.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Definisi Pondok Pesantren dan Karakter di Dalamnya"

Post a Comment