Gaya Kepemimpinan Tipe Laissez-Faire Dalam Pendidikan

Gaya Kepemimpinan Tipe Laissez-Faire Dalam Pendidikan -- Kepala sekolah sebagai pemimpin bertipe laissez faire menghendaki semua komponen pelaku pendidikan menjalankan tugasnya dengan bebas. Oleh karena itu tipe kepemimpinan bebas merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan diserahkan pada bawahan.

Karena arti lassez sendiri secara harfiah adalah mengizinkan dan faire adalah bebas. Jadi pengertian laissez-faire adalah memberikan kepada orang lain dengan prinsip kebebasan, termasuk bawahan untuk melaksanakan tugasnya dengan bebas sesuai dengan kehendak bawahan dan tipe ini dapat dilaksanakan di sekolah yang memang benar–benar mempunyai sumber daya manusia maupun alamnya dengan baik dan mampu merancang semua kebutuhan sekolah dengan mandiri.35

Pemimpin laissez-faire merupakan kebalikan dari kepemimpinan otokratis, dan sering disebut liberal, karena ia memberikan banyak kebebasan kepada para tenaga pendidikan untuk mengambil langkah-langkah sendiri dalam menghadapi sesuatu36. Jika pemimpin otokratis mendominasi, maka tipe pemimpin laissez-faire ini menyerahkan persoalan sepenuhnya pada anggota.


Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, sebab ia membiarkan kelompoknya berbuat semau sendiri37. Dalam rapat sekolah, kepala sekolah menyerahkan segala sesuatu kepada para tenaga kependidikan, baik penentuan tujuan, prosedur pelaksanaan, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, serta sarana dan prasarana yang akan digunakan.

Kepala sekolah bersifat pasif, tidas ikut terlibat langsung dengan tenaga pendidikan, dan tidak mengambil inisiatif apapun. Kepala sekolah yang memiliki laissez-faire biasanyamemposisikan diri sebagai penonton, meskipun ia berada ditengah-tengah para tenaga pendidikan dalam rapat sekolah, karena ia menganggap pemimpin jangan terlalu banyak mengemukakan pendapat, agar tidak mengurangi hak dan kebebasan anggota.38

 Dalam suasana kerja yang dihasilkan oleh kepemimpinan pendidikan semacam itu, tidak dapat dihindarkan timbulnya berbagai masalah, misalnya berupa konflik-konflik kesimpang siuran kerja dan kesewenang-wenangan oleh karena masing-masing individu mempunyai kehendak yang berbeda-beda menuntut untuk dilaksanakan sehingga akibatnya masing-masing adu argumentasi, adu kekuasaan dan adu kekuatan serta persaingan yang kurang sehat diantara anggota disamping itu karena pemimpin sama sekali tidak berperan menyatukan, mengarahkan, mengkoordinir serta menggerakkan anggotanya.39 

Adapun ciri-ciri khusus gaya kepemimpinan laissez faire yaitu:

  1. Pemimpin memberikan kebebasan penuh dalam mengambil keputusan baik secara kelompok atau individual dengan minimum partisipasi pemimpin bahkan terkesan acuh tak acuh. 
  2. Pemimpin memberikan kebebasan mutlak kepada stafnya dalam menentukan segala sesuatu yang berguna bagi kemajuanorganisasinya tanpa bimbingan darinya 
  3. Pemimpin tidak berpartisipasi sama sekali dalam organisasi yang dipimpinnya. 
  4. Pemimpin memberikan komentar spontan atas aktivitas-aktivitas anggota dan ia tidak berusaha sama sekali untuk menilai atau tidakmelakukan evaluasi terhadap kinerja gurum.40

Beberapa sebab timbulnya “laissez faire” dalam kepemimpinan pendidikan indonesia antara lain:

  1. Karena kurangnya semangat dan kegairahan kerja pemimpin sebagai penanggung jawab utama dari pada sukses tidaknya kegiatan kerja suatu lembaga 
  2. Karena kurangnya kemampuan dan kecakapan pemimpin itu sendiri.Apalagi jika ada bawahan yang lebih cakap, lebih berbakat memimpindari pada dirinya, sehingga si pemimpin cenderung memilih alternatif yang paling aman bagi dirinya dan prestise jabatan menurut anggapannya, yaitu dengan memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada setiap anggota staf, kepada kelompok sebagai satu kesatuan,untuk menetapkan “policy” dan program serta cara-cara kerja menurut konsepsi masing-masing yang dianggap baik dan tepat oleh mereka sendiri. 
  3. Masalah sulitnya komunikasi, misalnya karena letak sekolah yang terpencil jauh dari kantor P dan K tersebut terpaksa mencari jalan sendiri-sendiri, sehingga sistem pendidikan atau tata cara kerjanya, mungkin sangat menyimpang atau sangat terbelakang jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang banyak mendapat bimbingan dari petugas-petugas teknis kantor departemen P dan K.41 

Dari gaya kepemimpinan laissez faire diatas dalam konteks pendidikan indonesia sangat sulit untuk dilaksanakan karena keadaan pendidikan kita masih mengalami beberapa kendala mulai dari masalah pendanaan, sumber daya manusia, kemandirian, dan lain sebagainya. Dalam tipe kepemimpinan ini setiap kelompok bergerak sendiri-sendiri sehingga semua aspek kepemimpinan tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan. Menurut Imam Suprayogo, Tipe kepemimpinan ini sangat cocok sekali untuk orang yang betul-betul dewasa dan benar-benar tau apa tujuan dan cita-cita bersama yang harus dicapai.42 

Sehingga kepemimpinan seperti disebutkan diatas pada dasarnya kurang tepat jika dilaksanakan secara murni dilingkungan lembaga pendidikan. Dalam kepemimpinan ini setiap anggota kelompok bergerak sendiri-sendiri sehingga semua aspek manajemen administratif tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan.

Daftar Pustaka

35) Sutarto, 1998, Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press 

36) E. Mulyasa, 2003, Menjadi Kepala Sekolah Profesional: Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

37) Kartini Kartono, 1998, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Press

38) Kartini Kartono, 1998, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Rajawali Press

39) Ngalim Purwanto, 1991, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Hlm:51

40) Anggraini Naskawati. 2003. Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah, Kemampuan Mengajar dan Disiplin kerja guru dengan Prestasi Belajar Siswa Lanjutan Tingkat Pertama Negeri Dikota Mataram NTB. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri Malang. Hlm: 94

41) Dirawat Dkk, 1971, Pemimpin Pendidikan Dalam Rangka Pertumbuhan Djabatan Guru-Guru, Malang: Terbitan ke-IV

42) Imam Suprayogo, 1999, Revormulasi Visi Pendidikan Islam, Malang: Stain Press, Cet.1

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Gaya Kepemimpinan Tipe Laissez-Faire Dalam Pendidikan"

  1. Play Real Money Online Casino Games | Shootercasino
    Play 제왕카지노 Real Money 바카라 사이트 Online Casino Games | 샌즈카지노 Shootercasino.com

    ReplyDelete
  2. Micro Hair Trimmer - Titanium Arts
    Tender titanium density trim with the Tender trim that is titanium pots and pans used on a thicker and thicker head. Tender trim with titanium trimmer as seen on tv the Tender trim that is used on a thicker and thicker head. Tender trim with the Tender trim that is used titanium exhaust tips on a thicker titanium lug nuts and thicker head.$4.00 · ‎In stock

    ReplyDelete