Rancangan Model Pengembangan Materi Ajar Buku

Rancangan Model Pengembangan Materi Ajar Buku. -- Untuk memenuhi kriteria materi ajar yang berkualitas, materi ajar perlu dirancang dengan baik. Rancangan model materi ajar buku tersebut direalisasikan pada unsur-unsur yang terdapat dalam materi yang dikembangkan.

Menurut Sumardi (2000:8-13), unsur-unsur tersebut meliputi: (1) rancangan dan organisasi, (2) muatan kebahasaan, (3) keterampilan berbahasa, (4) topik dan bahan, (5) apresiasi sastra, dan (6) metodologi pengajaran. Berikut paparan lebih lengkap mengenai tiap-tiap unsur yang terdapat dalam meteri ajar.
  • Rancangan dan organisasi
Materi ajar (buku) dapat dirancang tunggal atau dirancang dalam satuan yang lebih besar bersama buku guru, buku kerja siswa, rekaman kaset, dan sebagainya. Kedua pola rancangan itu akan mempengaruhi isi buku pelajaran. Hal itu sejalan dengan ketujuh fungsi buku yang di sampikan oleh Cunningworth (1995:25).

Misalnya, kalau buku pelajaran itu dirancang tunggal tanpa guru, buku  siswa harus dapat memenuhi fungsinya sebagai penunjang guru dalam melaksanakan KBM. Hal ini berarti buku pelajaran siswa itu selain berisi perintahmuntuk siswa juga berisi informasi tentang apa yang harus dilakukan oleh guru.

Informasi ini dapat tersirat pada apa yang harus dikerjakan oleh siswa. Buku pelajaran merupakan sebuah komposisi atau sebuah satuan yang terdiri dari satuan- satuan yang lebih kecil. Yang terakhir ini biasa disebut satuan pelajaran atau unit pelajaran.satuan atau unit pelajaran ini merupakan sebuah komposisi yang utuh.kumpulan unit pelajaran membentuk satuan komposisi yang lebih besar, yaitu satuan buku pelajaran.

Sebagai suatu komposisi, satuan unit pelajaran dan satuan buku pelajatan terikat pada kaidah-kaidah komposisi seperti kaidah keterkaitan atau keterpaduan, keseimbangan, dan keselarasan. Ada beberapa cara untuk menyusun organisasi atau komposisi buku pelajaran bahasa., misalnya mengikuti struktur bahasa, fungsi-fungsi bahasa, topik, dan keterampilan bahasa (membaca, menulis, mendengar, dan berbicara).

Selanjutnya, juga ada berbagai cara untuk menyusun satuan atau unit pelajaran. Cara itu misalnya berdasar tingkat kekompleksitasannya, keterbelajarannya, dan kemaanfaatan bahasanya (Cunningworth 1995: 57-60) Pengorganisasian isi buku pelajaran itu juga harus  memperhitungkan gradasi tingkat kesulitan dan perkembangan rangkaiaannya. 

Gradasi dan perkembangan itu harus terlihat dan sesuai dengan kemampuan siswa. Pengorganisasian isi buku pelajaran juga harus memperhitungkan pengulanganpengulangan. Bahan atau latihan yang sulit perlu diulang. Berapa kali bahan atau latihan itu diulang tergantung pada tingkat kesulitan dan kemampuan serta kenyamanan siswa (Dubin and Olhtain 1992:47).

Aspek visual pengorganisasian buku pelajarn juga perlu diperhatikan tata letak dan tata huruf yang baik akan memudahkan siswa memperoleh gambaran keseluruhan isi buku pelajaran dan isi setiap unit pelajaran, menemukan hal-hal penting yang dicari, dan menumbuhakan minat dan rasa senang.
  • Muatan Kebahasaan
Buku pelajaran bahasa bukanlah buku ilmu bahasa. Kalaupun ada unsurunsur ilmu bahasa yang diambil seperti tata bahasa selalu diakaitkan dengan penerapannya. Hal ini dimaksudkan sebagai landasan pengembangan keterampilan berbahasa.

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Johnson (1982:10) yang mengatakan bahwa sepanjang sejarah pengajaran bahasa, pembelajaran setruktur atau tata bahasa tidak pernah hilang, tetapi gradasi penekanannya berbeda-beda.

Muatan kebahasaan itu antara lain mencakupi sebaran tata bahasa yang sesuai dengan konteks penggunaan dan keperluan untuk menunjang keterampilan berbahasa siswa. Tata bahasa ini mencakupi tata kata sampai pada tata kalimat. Pengembangan kosa kata dan kemampuan pengucapan juga termasuk dalam muatan kebahasaan ini.
  • Keterampilan Berbahasa
Secara konvensional dikenal ada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Keterampilan mendengar dan membaca sering pula disebut keterampilan reseptif, keterampilan menerima atau memahami wacana yang disampaikan orang lain.

Keterampilan berbicara dan menulis sering disebut keterampilan produktif, keterampilan menggunakan bahasa atau menghasilkan wacana untuk orang lain. Pembelajaran empat keterampilan itu dapat berimbang atau menekankan pada aspek tertentu sesuai dengan tujuan dan situasi pembelajaran. Yang jelas pembelajaran empat keterampilan tidak dapat selalu berimbang bobotnya pada semua situasi.

Tujuan pembelajaran itu erat kaitanya dengan tujuan pendidikan/pengajaran dan kebutuhan kebahasaan siswa. Satu hal yang perlu diperhatikan ialah keseimbangan kemajuan pembelajaran empat keterampilan berbahasa itu deng kemajuan pembelajaran kebahasaan (tata bahasa dan kosa kata) yang menjadi landasan pengembangan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

Hal yang lain perlu diperhatikan ialah apakah bahan dan bentuk pelatihan keempat keterampilan berbahasa itu kontekstual dan realistic. Ukuran kontekstual dan realistik ini tentu saja adalah siswa, baik dalam kaitan dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, maupun kebutuhan akademiknya.

  • Topik dan Bahan
Bahan atau wacana pembelajaran bahasa sebaiknya dipilih berdasarkan konteks sosial, budaya, kebahasaan, dan kehidupan siswa (Nunan 1995:211). Bahan yang konstekstual seperti itu akan mampu menarik minat siswa.
 
Untuk memperoleh bahan yang kontekstual seperti itu dapat dipilih bahanbahan yang otentik dari kehidupan yang nyata, seperti karya sastra yang unggul, artikel dari surat kabar, dan wacana percakapan yang nyata.

Selain bahan yang otentik, ada dua jenis bahan yang lain yang dapat dimanfaatkan, yaitu bahan rekayasa dan bahan otentik yang disederhanakan. Semua jenis bahan itu (otentik, otentik yang disederhanakan, dan rekayasa) mesti mengandung topik-topik yang menarik minat siswa. Sebab, topik-topik yang tidak relefan dan tidak menarik minat siswa akan cepat kehilangan perhatian atau membosankan siswa (Cunningworth 1995:88).

Bahan yang kontekstual, yang mengandung topik yang menarik itu akan mampu memberi informasi, keterampilan, dorongan, memperkaya pengalaman, meningkatkan kepekaan batin dan sosial, mengembangkan kepercayaan diri, mengembangkan kemampuan memperhitungkan dan mengumpulkan, meningkatkan keberanian para siswa dalam mengambil keputusan yang memang sudah menjadi sifat dasar bahasa/pembelajaran bahasa.

  • Apresiasi Sastra
Adanya tujuan pengajaran apresiasi sastra ialah agar siswa mampu atau memiliki kegemaran membaca atau menikmati karya sastra untuk meningkatkan kepribadian mempertajam perasaan dan memperluas wawasan kehidupannya.

Untuk mencapai tujuan yang ideal itu, diperlukan bahan karya sastra anak yang unggul dan metode pembelajaran yang efektif. Bahan sastra dalam buku pelajaran bahasa Inggris, selain dilihat dari segi pencapaian tujuan apresiasi sastra, hendaknya juga dilihat dalam konteks pengembangan keterampilan berbahasa anak dan sosiokulturalnya. Hal ini sejalan dengan prinsip pengajaran terpadu antara empat keterampilan berbahasa (membaca, mendengar, berbicara, dan menulis) dan antara pengajaran bahasa dengan sastra.
  • Metodologi Pengajaran
Menurut Subyakto-Nababan (1993:3), metedologi pengajaran bahasa adalah tata cara untuk lebih memudahakan pengajaran bahasa di sekolah. Pengertian ini akan lebih jelas apabila ditambah dengan catatan Nunan berikut.

Apabila desain silabus berkaitan dengan pilihan dan peningkatan kebahasaan serta muatan pengalamannya. Metodologi berkaitan dengan pilihan dan pengelompokan tugas-tugas serta kegiatan belajar.

Apabila desain silabus berkaitan dengan apa, mengapa,dan kapan, metodologi berkaitan dengan bagaimana bahan diajarkan (Nunan 1995:2). Sehubungan dengan pengertian metodologi yang mendasar seperti itu, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian mendalam pada buku pelajaran bahasa.

Pertama, pendekatan atau metode apa yang digunakan pada buku pelajaran itu. Apakah pendekatan atau metode itu sesuai dengan kebutuhan kebahasaan siswa, situasi belajar mengajar, dan sarana yang tersedia. Kedua, seberapa jauh siswa diharapkan terlihat aktif dalam proses pembelajaran, secara individu dan atau secara berkelompok. Hal ini dapat terlihat pada perintahperintah tugas dalam buku pelajaran. Ketiga, metode atau teknik-teknik apa yang digunakan untuk mengajarkan keempat keterampilan berbahasa. Apakah metode atau teknik yang disarankan itu berpeluang efektif jika dilaksanakan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Rancangan Model Pengembangan Materi Ajar Buku"

Post a Comment