Penelitian - Penelititan Bahasa yang Berwawasan Sosiokultural

Penelitian - Penelititan Bahasa yang Berwawasan Sosiokultural. -- Beberapa penelitian yang mendukung tentang jkajian bahasa berwawasan sosiokuktural dapat dijelaskan beberapa penelitian di bawah ini :
  • Will, Baker (2003) dari Thailand
Menyatakan bahwa sosiokutlural menjadi komponen penting dalam pengajaran bahasa Inggris. Masalah muncul ketika bahasa Inggris digunakan untuk berkomunikasi dengan bukan penutur asli (native speaker) melainkan digunakan sebagai bahasa Internasional, maka sosiokultural dari mana yang harus diajarkan atau haruskah bahasa Inggris hanya diajarkan murni sebagai bahasa sedangkan penerapan konteks sosiokultural disesuaikan dengan pemakainya.


Dalam artikel ini dikemukakan beberapa saran untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan pengajaran bahasa dan konteks sosiokultural, serta kemungkinan pendekatan pengajarannya melalui cara yang sistematis seperti yang diterapkan di Thailand.

 Di sini siswa dan guru harus menyadari aspek sosiokultural dari komunikasi dan bahasa, serta menginterpretasikannya pada tingkat nasional dan individu. Pengajar bahasa Inggris di Thailand harus mengenal aspek sosiokultural Inggris dan Thailand, sehingga bisa menentukan materi untuk melatih siswa dalam menganalisis atau membandingkan dua budaya dari bahasa yang berbeda serta membentuk pandangan mereka sendiri terhadap perbandingan tersebut.
  • Derrick, Nault (2006) dari Jepang,
Meninjau kembali posisi bahasa Inggris sebagai bahasa Asing di Asia dengan menganalisis pendekatan yang baku untuk mengajar sastra kepada pelajar bahasa Inggris di Jepang. Penulis menawarkan kerangka kerja alternatif bagi para praktisi pengajaran bahasa Inggris di Asia berdasarkan pandangan Interculturalist.

Disarankan bahwa konsep kompetensi interkultural bisa berperan sebagai tujuan pendidikan dari pembelajaran bahasa Inggris sebagai satu-satunya tujuan dari pembelajaran bahasa. Kutipan dari karya sastra bahasa Inggris dari seluruh dunia, dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris para pelajar sebagaimana secara serempak meningkatkan keahlian pemahaman sosiokultural mereka dan memberi kontribusi terhadap perkembangan personal mereka.
  • Zhang, Yanpu (2004) dari China,
Menyajikan analisis English Academic Writing yang ditulis oleh penutur asli bahasa China. Di sini dianalisis hubungan antara pengaruh topik, sudut pandang (budaya) seseorang, dan jenis teks pada konteks yang berbeda. Secara spesifik, analisa ini menunjukkan bahwa topik adalah elemen penting dalam writing.

Dari data yang dikumpulkan, dapat dilihat bahwa sudut pandang dan posisi dari penulis menentukan topik berbeda yang berujung pada perbedaan jenis teks dan mengungkap konteks sosiokultural dimana essay tersebut ditulis. Analisis ini menggunakan teks dengan tiga topik berbeda oleh lulusan universitas dari dua kelompok budaya, mengadopsi teori dari Martin (1985) dan Biber (1988) untuk menguji komponen tematik dan fitur linguistik (sebagai konfirmasi dari analisis tema) dari teks.

Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa dilihat dari segi cross culture, ada bermacam-macam variasi pada jenis teks, topik, dan konteks budaya berdasarkan sudut pandang yang diambil. Pada topik yang berbeda, sudut pandang budaya dan posisi penulis mempunyai efek yang signifikan pada struktur teks yang dibuat. Ditemukan juga bahwa penulis tidak bisa menentukan genre yang tepat seperti yang dipakai oleh penutur asli jika mereka tidak mengenal budaya dari bahasa target, dalam hal ini bahasa Inggris. Karena itu implikasi dari analisa ini adalah bahwa pengajaran writing memerlukan juga wawasan socioculutural sebagai konsep yang disertakan dalam proses mengajar.
  • Lengkanawati, Nenden Sri (2004) dari Indonesia,
Mengadakan penelitian terhadap perbedaan penggunaan strategi dalam pembelajaran bahasa asing dikarenakan latar belakang sosiokultural yang berbeda. Penelitian dilakukan terhadap dua situasi yang berbeda. Yang pertama dilakukan pada komunitas pelajar Indonesia yang sedang mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa Asing dan yang kedua adalah pada komunitas pelajar Australia yang sedang mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa Asing.

Pemilihan strategi dalam pembicaraan ternyata dipengaruhi oleh latar belakang budaya para pelajar. Dalam komunitas pelajar Indonesia tidak ditemukan adanya kerjasama yang baik pada saat melakukan diskusi padahal gotong royong adalah semboyan yang sangat fundamental bagi rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pada saat ini budaya gotong royong juga sudah mulai luntur di kalangan orang Indonesia sendiri.
Dalam komunitas pelajar Australia terlihat sering kali para pelajar bertanya dan meminta klarifikasi, hal ini sangat sesuai dengan budaya orang Australi yang tidak canggung lagi untuk selalu bertanya dan meminta kejelasan tentang hal-hal yang tidak dimengerti. Karena kelas adalah komunitas terkecil dalam proses belajar mengajar dan merupakan komunitas budaya yang dinamis, Nenden merekomendasikan untuk memaksimalkan budaya yang bagus dan meminimalkan budaya-budaya yang dapat memberi pengaruh yang buruk

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Penelitian - Penelititan Bahasa yang Berwawasan Sosiokultural"

Post a Comment