Cara Santai Hadapi Pelakor dan Hempas Manja Suami Bodoh

Cara Santuy Hadapi Pelakor dan Hempas Manjah Suami Bodoh. -- "Din, kemaren gue lagi belanja di Bukit**nggi, trus Gue lihat laki Loe lagi sama perempuan." Sahabatku Leta membuka obrolan ketika Kami menunggu para krucil pulang sekolah.

"Hmm ... yakin Loe? Ga salah orang? Aku menjawab dengan sangat santai dan tenang.

"Ga la Din, mata Gue belum minus. Laki Loe lagi makan siang sama itu perempuan di rumah makan Sim***ng R**a ketika Gue juga lagi mau makan di sana." Leta masih memberikan informasinya. Aku bisa lihat tatapan simpati dinetranya.

"Trus, Loe ga negur?"

"Ga la Din! Tapi Gue sempat take picture sih. Nih ... Loe lihat. Gue ga rela sahabat Gue disakitin." Leta menggenggam tanganku memberi kekuatan.

Foto sepasang laki-laki dan perempuan dengan gestur seperti teman dekat, mungkin spesial. Duduk sebelahan dan cukup rapat. Seperti bukan rekan kerja.

"Hmm ... iya. Ini Bang Dika. Loe kirim ke Wa Gue ya. Buat arsip." ucapku sambil tersenyum.

"Ah Loe, Din. Masih bisa senyum lebar begini. Gue yang lihat berasa mau siram pakai kuah gulai," Leta berkata dengan wajah marah, tak terima sahabatnya diduakan.

Tenang. Aku santuy kok Ta! Hahaha ....
****

Dinar Music, Pelaminan dan Catering. Itu adalah papan besar di depan rumah bertuliskan brand usahaku yang telah berjalan tiga tahun ini.

Dinar Nirmala Adi. Nama pemberian Papa dan Mama tiga puluh tahun yang lalu. Sarjana Ilmu Politik yang sekarang menggeluti dunia pelaminan, bridal, make up dan catering.

Jangan tanya kenapa tidak ada korelasinya antara pendidikan terakhir dengan profesi. Aku memang sejak awal menyukai hal yang berhubungan dengan make up, fashion dan desain, bahkan memiliki puluhan video tutorial dari para beauty vloger. Semua ini dinikmati disela waktu kuliah.

Ilmu politik juga sesuatu yang menarik minatku, dikarenakan melihat fakta sekitar banyaknya masyarakat yang tertipu janji caleg. Aku ingin suatu hari berdiri mewakili mereka menyampaikan aspirasinya.


Statusku menikah dan ibu seorang bocah tampan berusia lima tahun yang bernama Khalil Asmara.
Menikah diusia terbilang muda yaitu dua puluh tiga tahun. Suamiku, Dika adalah senior kampus beda jurusan. Selepas kuliah, setahun setelah Bang Dika diterima bekerja pada B*I Fin**ce, Kamipun melangsungkan pernikahan dengan jarak usia terpaut lima tahun.

Cerita suka duka berumahtangga tak usah kuceritakan. Yang jelas, penuh kerikil dan batu tajam. Dua tahun ini Kami baru melihat pelangi dalam berumahtangga. Bang Dika diangkat menjadi kepala cabang dan usahaku berkembang baik. Kami mulai bisa memiliki kendaraan masing-masing karena tuntutan mobilitas profesi.

Sekarang kita kembali kecerita di atas.
****

Foto kiriman Leta masuk kegawaiku. Kuamati lalu tersenyum, membayangkan sebuah kejutan. Informasi itu telah Aku dengar dari dua teman lain sebelumnya.

Usahaku sedang larisnya apalagi menjelang bulan ramadhan ini, banyak yang nikahan sehingga info itu tidak terpikirkan. Bang Dika juga tidak berubah sama sekali. Masih sama, hot, seksi, romantis, dan perhatian.

Info dari Leta tadi siang, menggoda naluri keistrianku. Tergerak untuk melihat langsung jika memang iya. Sejak kapan kira-kira mereka bermain peran.

Khalil Aku titip sama Mama, dengan alasan bertemu klien, Aku berangkat dari Pay****buh ke kantor Bang Dika. Sesuai perkiraanku, sekarang jam makan siang. Aku mencoba memasuki rumah makan terkenal yang diinfokan Leta.

Nasih mujur, Mereka di sana. Duduk rapat dan bercanda mesra. Kupastikan lagi dari foto yang dikirim Leta. Pas. Kebetulan Mereka duduk menghadap kearahku. Tentu saja dengan sedikit pennyamaran agar pengintaian berjalan mulus.

Bukti sudah ditangan. Cukup. Selama pengintaian, pada ingin tahu gak, perasaan dan reaksiku. Hahaha ....

Baca Juga :
Karena Didikan Kerasku, Aku Dianggap Kakak yang Dzalim
Kisah Nyata, Game Mobile Legends Pencabut Nyawa, Sahabatku Sayangku


Semua tebakan kakak semua benar. Cemburu, sakit hati, marah, ingin melumuri cabe merah pedas itu kewajah mereka. Reaksi alamiah seorang istri yang terkhianati.

Dinar Nirmala Adi, seorang yang berpendidikan dan memiliki sedikit ilmu agama. Penciptaku mengajarkan untuk tidak mencintai hamba ciptaannya berlebihan, melebihi cinta kepadaNya. Aku rasakan hari ini. Sungguh dahsyat.

Tenang, rileks, bahkan pesananku tetap habis sambil menonton adegan sinetron tak lolos sensor KPI. Hebat bukan?

Rasa sakit hati, cemburu itu ada tapi hanya tinggal sisanya. Aku tidak rugi jika Bang Dika memilih perempuan itu. Dia akan kehilangan orang yang mencintainya terhitung mulai sekarang, sedangkan Aku hanya kehilangan lelaki bodoh.

Aku tidak merasa kalah saing dengan perempuan itu. Walau berumur tiga puluh tahun, tetapi wajah dan tubuhku masih layaknya gadis. Muda, energik, dan supel, begitulah orang menilai.

Aku juga pengusaha walau memang modal awalnya separuh dari Bang Dika. Toh, itu kewajibannya sebagai suami. Merintis dan membuatnya dikenal orang, tetap semua dari usaha dan pemikiranku.
Perempuan itu, Aku yakin bukan apa-apa dan bukan perempuan terhormat. Terbukti, hanya perempuan seperti itu yang menggoda lelaki bodoh dan tak tahu diri untuk mendapatkan kesenangan instan.
****

"Bang, Ibuku meninggal tadi malam, Beliau kena serangan jantung mendadak. Begitu penjelasan dokter. Dan, dikamar Ibu, Mila menemukan banyak foto Kita. Mila takut, Bang!"

Itulah pesan dari sipelakor ke gawai Bang Dika yang juga masuk kegawaiku. Hoh ... menyedihkannya karma silacur ini. Senyum sumringah dan sangat manis Aku hadiahkan untuk Bang Dika bertepatan saat Ia ke luar kamar mandi.

"Ih ... Dinarnya Bang Dika kok senyum manis begitu. Masih pagi loh yank." Bang Dika memeluk manja. Aku hanya menikmati. Nikmatilah selagi bisa.

"Udah dulu, Bang. Bisa telat ngantor loh." Aku mengelus manjah dada bidangnya. Membuat Bang Dika gemas dan memagut bibir ranumku penuh gairah.

"Ya udah, Abang siap-siap dulu."

"Bang, sepertinya ada Wa masuk. Coba cek dulu, mana tau penting dari karyawan Abang." Aku bersiap menikmati raut wajahnya.

Seketika wajah Bang Dika pucat dan menelan ludah. Aku menghampiri seolah istri yang polos.

"Siapa, Bang?"

"Oh, kar, karyawan Abang. Dia bilang izin karena orangtuanya meninggal."Bang Dika gelagapan menjawab sambil terburu mengunci gawainya.

"Oh ...Aku turut berduka ya, Bang!"
****

Satu yang terlupakan oleh suamiku yang bodoh itu. Dinar bukanlah wanita polos dan hanya manut kata suami. Dinar wanita cerdas, lulusan cumlaude dari jurusan dan kampus bergengsi di kota Padang.

Bang Dika lupa bahwa, selama berumahtangga dengannya, Aku berusaha menjadi wanita polos, lugu dan tak tau apa-apa. Semua itu supaya, Dia tidak tertinggal jauh.

Lawan pantang dicari, sekali bertemu, pantang dihindari. Begitulah Aku. Selama Aku tidak diganggu, maka apapun pasti kuberi. Tapi jangan coba membangunkan singa tidur.

Tanpa sepengetahuan siapapun, Aku telah mendapatkan informasi akurat mengenai perempuan itu. Tinggal berdua dengan Ibu, Ayah sudah tiada. Bekerja sebagai sales O**o. Tuntutan pergaulan yang tinggi, dan keinginan membahagiakan Ibu, walau menempuh jalan yang salah.

Akulah sipengirim foto itu, beserta sebuah surat berisi fakta tentang anaknya. Kalau pada akhirnya berakhir di TPU, itu bukan urusanku. Impas. Sekarang tinggal menunggu satu kejutan lagi.
****

"Dinar, Dinar!" Bang Dika setengah berteriak memanggilku ketika baru masuk rumah.

"Kenapa sih, Bang?"

"A, Aku mendapat email dari kepala pusat. Meminta Aku mengundurkan diri atau turun jadi sales dan pindah tugas ke Jambi." Bang Dika tampak frustasi.

"Aku salah apa? Selama ini kinerjaku bagus, bahkan perusahaan selalu untung besar dibawah komandoku. Aku sangat bangga dengan jabatanku sekarang. Ini pencapaian terbaikku. Kenapa mendadak begini. Ada yang tidak beres." Bang Dika masih tak terima. Jelas sekali Dia marah.

"Aku harus apa, Yank?" Bang Dika menatapku meminta solusi.

"Hmmm ... Aku sih terserah Abang."

"Ah ... kenapa begini?" Bang Dika terduduk sambil mengusap wajahnya kasar. Sesekali menjambak rambutnya.

Tak lama ....

"Sayang, jika kita pindah ke Jambi, bagaimana?"

"Maaf, Bang. Aku ga bisa. Semua yang Aku bangun ada di sini. Aku bahagia di sini walau tanpamu." Bang Dika terkejut dan kaget mendengar jawabanku.

"Maksud kamu apa?"

"Yah ... Aku ga mau pindah. Kalaupun Abang dipecat, itu bukan urusanku." Lagi-lagi Bang Dika sangat terkejut, tak menyangka atas perkataanku. Sepertinya Dia tidak paham.

"Khalil bagaimana?"

"Jangan cemaskan Khalil. Aku Ibunya. Takkan kubiarkan Dia menderita. Aku sangat mampu membahagiakannya."

"Kalau Abang keberatan, Aku siap dengan segala kemungkinan." Aku memberikan umpan pada Bang Dika.

"Ada apa ini, Dinar? Apa yang Kamu sembunyikan dariku?"

"Bukan Aku yang sedang bermain. Tapi Kau, Bang!Kau kurang pandai bermain peran. Terlalu gampang." Aku menyindirnya disertai tatapan tajam

Bang Dika seketika terdiam dan menatapku lama. Tak lama hanya kata maaf yang terucap dari bibirnya. Kemudian pergi, Aku tidak menahannya. Aku berikan Dia waktu, mungkin menemui gundiknya itu. Aku tak peduli. Bagianku selesai.

Pojok Kota, 12012020

Penulis : Echy LoPeluph
https://web.facebook.com/echy.lopeluph

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cara Santai Hadapi Pelakor dan Hempas Manja Suami Bodoh"

Post a Comment