Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. -- Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di era globalisasi yang begitu pesat seperti saat ini memberikan tuntutan yang begitu besar di dalam dunia pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu memenuhi perkembangan zaman. SDM yang berkualitas hanya dapat dicapai dengan memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Perbaikan kualitas pendidikan di indonesia dapat dilakukan dengan cara mengubah sistem pembelajaran yang selama ini dilaksanakan dari sistem pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menuju pembelajaran yang lebih bermakna yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (students centered). Sistem pembelajaran yang mengarahkan keterpusatan kepada siswa (students centerd) akan dapat menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran maupun dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dipertegas oleh pendapat dari Noor (dalam Muhfahroyin, 2009) yang menyatakan bahwa paradigma student centered lebih tepat digunakan untuk mengembangkan pebelajar yang mandiri (self-regulated learner) yang mampu memberdayakan kemampuan berpikir kritis.
Kemampuan berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus ditumbuhkembangkan dan dilatih sejak pendidikan dasar, karena dengan dilatihnya kemampuan berpikir kritis siswa dari tingkat SD akan memberikan efek yang baik dan dirasakan manfaatnya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Kemampauan berpikir kritis akan menumbuhkan kemandirian siswa sejak dini dan menyiapkan siswa untuk belajar memecahkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan masyarakat. Selain itu, melatih kemampuan berpikir kritis pada siswa sekolah dasar sangat dimungkinkan, karena siswa SD sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan dasar walaupun dalam jumlah yang terbatas (Lambertus, 2009). Sejalan dengan pendapat Lambertus, Piaget (dalam Japa, 2008) juga mengungkapkan bahwa jika ditinjau dari tingkat berpikir siswa, siswa kelas lima SD yang berada pada tingkat operasi formal awal sudah memiliki potensi untuk berpikir kritis, kreatif dan produktif.
Oleh karena itu, diperlukan latihan sejak dini untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan cara menumbuhkan kreativitas dalam belajar memecahkan suatu permasalahan dan latihan secara terus menerus, dengan latihan akan membuat kemampuan berpikir kritis menjadi suatu kebiasaan yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini (Lambertus, 2009).
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir secara jelas dan rasional, dimana dengan berpikir kritis siswa dapat memahami permasalahan dengan lebih baik dan dapat menemukan jawaban yang terbaik terhadap permasalahan yang dihadapi (Sihotang, 2010). Sejalan dengan pendapat di atas, Billy Tunas (dalam Sihotang, 2010) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan dasar dari kemauan sendiri, disiplin diri, memantau sendiri, dan memperbaiki pikiran sendiri untuk dapat berkomunikasi dan memecahkan persoalan secara lebih efektif. Aryana (dalam Dukalang, 2012) memodifikasi indikator-indikator kemampuan berpikir kritis Ernis menjadi enam kreteria dalam menilai kemampuan berpikir kritis meliputi merumuskan masalah, memberikan argumen, melakukan deduksi, melakukan induksi, melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan dan tindakan.
0 Response to "Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis"
Post a Comment