Hubungan Antara Motivasi dan Minat Belajar

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR

A.    Hubungan Motivasi dan Minat Belajar

Minat merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan belajar seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai seseorang yang mempunyai kadar kepandaian tinggi, namun kurang minat terhadap didiplin ilmu atau suatu pekerjaan yang digelutinya, prestasi keilmuan atau pekerjaannya biasa-biasa saja, kurang memuaskan. Sebaliknya, tidak jarang pula orang yang mempunyai kapasitas intelektual sedang, namun karena adanya minat yang besar terhadap disiplin ilmu yang dituntut atau pekerjaan yang digelutinya, memperoleh hasil yang gemilang. Hal yang pertama mungkin disebabkan tidak adanya motivasi, tidak konsentrasi, atau karena gangguan – gangguan lain yang mengakibatkan kurangnya minat terhadap materi yang dipelajari atau pekerjaannya. Sebaliknya minat yang tinggi dapat mendorong seseorang rajin belajar dan bekerja serta gigih dalam mengejar sesuatu. Dengan demikian, minat mempunyai andil yang sangat besar dan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya nilai prestasi belajar dan kerja seseorang.

Bahkan, tidak jarang tanpa minat yang jelas terhadap suatu pekerjaan yang digeluti dapat mendatangkan stress dan kekhawatiran. Banyak orang tidak merasa enjoy dalam belajar dan bekerja lantaran mereka tidak menyenanginya. Dale Canegie seperti dikutip Mack R. Douglas dalam How to Make a Habit of Succeding (1987 : 57) mengatakan : “sebagian terbesar dari kekhawatiran dan tekanan (stress) yang mengancam bersumber pada kenyataan bahwa berjuta orang tidak pernah menemukan diri mereka, tidak menemukan macam kerja yang mereka sukai yang dapat mereka kerjakan dengan baik. Sebaliknya hati mereka memberontak karena mereka mengerjakan pekerjaan yangn tidak mereka senangi”.

Sebenernya minat belajar dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain perlu adanya motivasi dan konsentrasi belajar. Dengan adanya motivasi yang baik, konsentrasi belajar yang terarah ditunjang dengan cara belajar yang terencana, seseorang yang dapat belajar dengan rajin dan bergairah sehingga mudah menangkap materi ilmu pengetahuan yang dipelajari. Menurut Mark R. Douglas (1995:198), inti motivasi adalah harapan. Harapan adalah keinginan yang mengagumkan, yakni impian untuk mewujudkan apa yang diinginkan serta mengembangkan keyakinan dan rencana untuk mencapai tujuan. Harapan-harapan tersebut berasal dari keyakinan spiritual, masyarakat, dan pribadi itu sendiri.

Motivasi dapat mendorong seseorang hidup lebih maju dan lebih bersemangat. Menurut Mark R. Douglas (1995:176), manusia yang dewasa secara emosional akan jauh lebih mampu memotivasi dirinya dibandingkan dengan orang yang dipenuhi keraguan, kecemasakn serta emosi yang belum dewasa. Beberapa hal yang penting untuk menimbulkan motivasi adalah sebagai berikut:
1.    Kemampuan mempercayai orang lain;
2.    Kemampuan untuk menilai diri sendiri;
3.    Kemampuan seksual
4.    Kemampuan memperoleh rasa aman
5.    Kemampuan untuk mengatur dan mengurus pekerjaan tanpa harus sendiri terlibat didalamnya.

Motivasi berkaitan dengan kebutuhan dasar manusia. Dalam buku, How To Live 365 Days a Year, John A. Schindler (1955:198) mengungkapkan enam kebutuhan dasar manusia :
1.    Kebutuhan akan cinta;
2.    Kebutuhan akan rasa aman
3.    Kebutuhan untuk mengungkapkan diri;
4.    Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan dari orang lain;
5.    Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman baru;
6.    Kebutuhan akan harga diri

Menurut Roy Garn dalam The Magic Power of Emotional Appeal (1960:20), terdapat empat tujuan motivasi, mulai dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah, yaitu :
1.    Pertahanan diri, seseorang yang berada dalam keadaan terdesak dan tersudut akan berbuat apa saja untuk melawan. Motif ini yang terkuat.
2.    Pengakuan, ingin agar dirinya mempunyai arti dan tidak kehilangan identitas serta kebanggan diri.
3.    Cinta kasih, dengan cinta kasih kehidupan seseorang menjadi dinamis dan penuh kegembiraan;
4.    Uang, mendapatkan uang yang banyak. Tujuan ini yang paling rendah tingkatannya.

Belajar, sebagaimana kegiatan lain dalam kehidupan manusia, terkadang termotivasi (unmotivated). Secara gamblang, motivasi (motivation : Inggris) dapat didefinisikan sebagai suatu keinginan (desire) untuk mendapatkan suatu objek yang mana juga meggunakan objek lain sebagai medium, perantara (Knigt Dunlap, 1946 : 31). Misalnya, seseorang bekerja untuk mendapatkan uang. Disini suatu pekerjaan dilakukan karena terdorong oleh suatu keinginan untuk mendapat bayaran. Jadi uanglah yang menjadi motifnya bekerja. Contoh lain, seorang mahasiswa kuliah pada perguruan tinggi untuk mendapatkan gelar, untuk meningkatkan gengsi, atau untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan motivasi ini, ia belajar dengan gairah untuk mencapai cita-citanya. Lain halnya dengan mahasiswa lain, misalnya, yang tidak termotivasi oleh suatu apapun. Kuliah asal-asalan, belajar malas sehingga ujian sering  tidak lulus dan sering mengulang. Jadi, motivasi merupakan dasar pijakan seseorang mengalahkan kaki menuju tempat usaha, belajar dan sebagainya. Menurut Mack R. Douglas (1987:188), motivasi muncul bila seseorang memiliki rencana yang dinamis dan real tentang apa yang hendak dicapainya, dan yang setiap hari mendorongnya ke arah pencapaian tujuan itu.

Motivasi belajar tidak mesti bersifat duniawi sebagaimana dilakukan oleh para ulama dan sarjana terdahulu. Menurut M. Athiyah al-Abrasyi (1970 : 11), para ulama dan sarjana terdahulu menuntut ilmu karena ilmu, bahkan mereka menganggap tugas belajar sebagai ibadah. Mereka menghabiskan umur untuk penelitian-penelitian dan studi untuk sampai pada hakikat dan kebenaran tanpa memikirkan soal harta, pangkat ataupun posisi. Kaum muslimin saat itu memuliakan ilmu dan sarjana serta ketinggian akhlak. Ilmu di mata mereka adalah sesuatu yang paling berharga didunia ini, sedang ulama dan sarjana adalah pewaris para nabi. Dengan motivasi tersebut, mereka memunculkan kegiatan-kegiatan yang cukup besar dalam bidang karang mengarang, karya ilmiah dan lainnya yang tumbuh dari keimanan dan akidah yang mendalam serta berani dan kehendak-kehendak untuk maju.

Motivasi bisa satu atau lebih. Seorang mahasiswa, seperti contoh diatas, disamping kuliah untuk mendapatkan gelar, mungkin juga dimotivasi oleh faktor lain seperti ingin mendapat pekerjaan yang sesuai dengan cita-citanya, ingin semata-mata memperoleh ilmu pengetahuan, dan sebagainya, banyak sedikitnya motivasi tidak merupakan ukuran mutlak keberhasilan belajar, tetapi lebih ditentukan oleh kuat tidaknya motivasi yang ada. Boleh jadi seorang mahasiswa yang hanya didorong oleh satu motivasi, misalnya ingin mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya, lebih berhasil dari mahasiswa lain yang belajarnya dimotivasi oleh beberapa keinginan yaitu untuk mendapat ilmu, meningkatkan gengsi dan dapat kerja bila keinginan-keinginan ini tidak kuat. Namun, tidak menutup keinginan motivasi yang lebih banyak dapat menumbuhkan minat dan gairah yang lebih tinggi pula.

Menurut Knight Dunlap dalam bukunya personal Adjustmen (1946 : 32), kegiatan belajar yang termotivasi dikenal dengan istilah study (belajar) sedang belajar tanpa motivasi (unmotivated learning work) disebut drive (ambilan,gerakan). Kegiatan belajar yang dimotivasi oleh hal-hal tertentu seperti dilakukan mahasiswa diatas. Kegiatan belajar tanpa motivasi misalnya seorang anak kecil yang belajar berbicara atau belajar. Ia melakukannya secara alami tanpa dorongan-dorongan tertentu. Kegiatan belajar yang pertama didasarkan pada respon tertentu yang berupa keinginan untuk mencapai suatu yaitu kepandaian, keterampilan, keuletan, dan sebagainya, sedang yang kedua lebih mengarah pada kebiasaan rutin (routine habitual ways).
Sebagaimana dijelaskan diatas, motivasi berkaitan dengan tujuan. Tujuan disamping dapat memperkuat motivasi juga dapat memberikan dampak positif bagi orang yang menggunakannya, misalnya memberikan kebahagiaan. Dale Carnegie dalam How To Stop Worrying and Start Living (1948 : 78) menyatakan : “Bila Anda ingin bahagia, tentukanlah satu tujuan yang menarik perhatian Anda sehingga Anda menggunakan energi Anda serta tujuan yang sekaligus menghidupkan harapan Anda. Kebahagiaan  terdapat didalam diri Anda. Kebahagiaan tumbuh diri melakukan hal-hal yang benar-benar menarik  perhatian dan minat Anda. Bila anda ingin berbahagia, kembangkan minat Anda terhadap sesuatu diluar diri Anda’’.

Tujuan berbeda dengan cita-cita. Cita-cita merupakan tujuan jangka panjang sedangkan tujuan lebih jelas dan lebih khusus sekalipun untuk mencapainya memerlukan waktu yang cukup lama. Menurut Mark R. Douglas (1987 : 47), terdapat tiga hal yang menjadi ciri suatu tujuan, yaitu  : [1] kongkret, tujuan merupakan aksi yang kongkret yang dapat dan akan kita lakukan, [2] dapat diukur, dengan ukuran kuantitatif atau waktu, [3] jangka waktu tertentu, tujuan harus dicapai dalam jangka waktu tertentu. Tujuan seorang bekerja, misalnya ingin mendapat uang, tujuan berolah raga adalah agar badan sehat, dan sebagainya. Kebutuhan atau keinginan untuk mencapai tujuan tertentu dapat mempengaruhi seseorang dalam mencapai kesuksesan atau kegagalan. 

Paul J. Meyer, seperti dikutip Mack R. Douglas (1987 : 59), membuat formula untuk mencapai tujuan, yaitu :
[1] Kristalisasikanlah pikiran Anda. Tentukan tujuan yang ingin dicapai. Curahkan seluruh perhatian Anda untuk mencapainya.
[2] Susunlah rencana untuk mencapai tujuan itu, tentukan pula tenggang waktu yang diperlukan.
[3] Kembangkan suatu keinginan yang besar akan barang-barang yang Anda inginkan dalam hidup ini.
[4] Kembangkan keyakinan dan kemampuan diri yang mantap.
[5] Kembangkan kemantapan untuk selalu setia pada rencana meskipun terdapat banyak kritik, tantangan, atau hambatan.

Disinilah letak pentingnya motivasi dan kepastian tujuan. Motivasi ini bisa datang dari dua arah : dari dalam (inside motivation) dan dari luar (outside motivation). Motivasi dari dalam berupa harapan-harapan dan keinginan-keinginan (hopes and expectations) untuk melakukan sesuatu atau untuk menjadi orang tertentu. Motivasi dari dalam muncul karena adanya dorongan psikis (internally driven) untuk melakukan sesuatu karena adanya kepuasan yang disebabkan oleh perbuatan itu. Misalnya, seseorang mempelajari suatu disiplin ilmu pengetahuan bukan karena dia menyayangi ilmu itu dan merasa puas ketika menanggapinya bukan karena dorongan lain misalnya ingin mendapat gelar, pekerjaan, atau lainnya yang sifatnya eksternal. Motif atau tujuan belajar yang berasal dari diri sendiri (personal desires) sifatnya individual, subjektif, dan bervariasi. Jika seseorang tidak memiliki motivasi dari dalam, hendaknya ia berpikir secermat mungkin tentang apa yang akan diperoleh dari hasil belajar dan mengapa memperoleh demikian. Hendaklah ia menetapkan tujuan dan mengarahkan seluruh kegiatan belajar untuk mencapai tujuan itu. Hal ini sangat penting sebab dapat menentukan arah dan tingkatan motivasi belajar.

Tidak semua orang mendapat motivasi dari dalam. Karenanya, motivasi dari luar dapat digunakan sebagai alat untuk membangkitkan minat belajar. Gelar (grade) di perguruan tinggi, misalnya, bisa menjadi dorongan mahasiswa belajar di sana. Motivasi dari luar muncul karena adanya dorongan-dorongan yang diperoleh seseorang dari orang lain baik berupa pergaulan, pendapat, maupun saran, atau lingkungan sekitar. Misalnya, pernyataan Herbert N. Casson berikut (1982 : 15-16) dapat menjadi motivasi bagi seseorang untuk belajar dan belajar dengan giat : “Belajarlah denga sebaik-baiknya di mana pun Anda belajar atau bekerjalah dengan sebaik-baiknya di mana pun Anda bekerja. Belajar sebagaimana halnya bekerja dapat diibaratkan dengan bekerja di tanah pertanian. Anda dapat mengolah setiap bidang  tanah secara produktif  atau Anda dapat berbuat seenaknya. Ada petani yang berhasil menajdi kaya dengan sebidang tanah yang bercampur dengan pasir, sedang petani yang lain mundur dari pertanian mereka dengan sebidang tanah yang luas da subur. Karena itu, anda harus belajar atau bekerja dengan serius. Anda tidak akan cakup dalam belajar atau bekerja jika hal itu dianggap sebagai kehausan, sesuatu yang tidak menyenangkan, apalagi hal yang membosankan. Belajar dan bekerjalah dengan penuh kebanggaan. Jangan meremehkan pekerjaan Anda dan berlaku seperti mesin yang bergerak tanpa perasaan dan pikiran. Gunakanlah daya pikir Anda agar tidak mengalami kegagalan dalam pekerjaan dan pelajaran. Belajarlah melakukan pekerjaan dengan baik kemudian lakukan sesuatu yang ekstra. Lakukan sesuatu tanpa dibayar. Tunjukan perhatian anda demi kebaikan lembaga. Itu salah satu cara terbaik untuk menarik perhatian pimpinan. Jangan bekerja seperti buruh yang sesuai gaji yang mereka terima. Bahkan mengurangi waktu yang semestinya”.

Namun, motivasi dari luar ini seharusnya tidak menjadi tujuan pokok. Ia hanya dipergunakan sebagai dorongan (encouragement). Sebenarnya yang terpenting adalah belajar belajar itu sendiri supaya berhasil. Karena itu, kebiasaan belajar yang baik yang didasari oleh motivasi yang baik pula merupakan sesuatu yang sangat penting sebab di samping menentukan keberhasilan belajar juga dapat mempersingkat waktu belajar. Perlu disadari bahwa yang diinginkan bukan seberapa banyak (how much) seseorang belajar tapi seberapa hasil kemampuan dari belajar itu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hubungan Antara Motivasi dan Minat Belajar"

Post a Comment