Filsafat penelitian Dalam Bingkai Agama

Secara filososfis ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Dialah Yang Maha Tahu dan Maha Mengerti akan segala peristiwa yang terjadi. Hakikat gejala peristiwa ini yang nyata apalagi yang ghaib mutlak merupakan rahasia Allah. Sama sekali kita tidak memiliki ilmunya. Tugas kita dalah mencari, mempelajari melalui penelitian mendalam, agar mendapatkan ilmu itu sesuai kemampuan yang serba terbatas/ artinya tidak aka nada manusia paripurna yang serba bisa. Serba tahu segalanya dan serba benar hasil kajiannya. Allah memberikan ilmu kepada kita terbatas pada kondisi dan kemampuan akal manusia yang juga terbatas. Luasnya ilmu Allah tidak mungkin kita dapatmenggali habis sampai tuntas. Andaikata kita tulis dalam laporan penelitian yang mendalam ilmu Allah yang maha luas itu, kita gunakan pohon-pohon di alam inisebagai penanya, dan air laut samudera kita jadikan tintanya, hingga ait laut samudera mongering dan batang pohon habis ditebang, ilmu Allah belum semua tergali. Itu sebabnya penelitian tak pernah berhenti, kegiatannya terus berulang dari suatu zaman ke zaman berikutnya.

و ما أتيتم من العلم الا قليلا

“tidaklah kamu mendapatkan ilmu (yang kamu cari, kamu teliti) kecuali hanya sedikit saja (dari ilmu Allah yang luasnya tak terbatas)

Baca Juga : Sejarah Mitologi dan Pengertian mitologi dalam lingkup penelitian.

Ya, kemampuan akal kita dibatasi oleh “batok kepala” yang kecil, meskipun potensinya sangat besar untuk dikembangkan itupun atas karunia Allah juga.karena itu sehebat apapun jabatan, pangkat atau titel yang melekat pada diri manusia, ketika mereka melakukan pengkajian dan penelitian terkait suatu ilmu pengetahuan maka kebenaran ilmu pengetahuan yang ditemukannya bukanlah sama sekali bukan pengetahuan yang mutlak benar. Kebenaran hasil penelitian manusia bersifat relative dan intermediate, artinya bisa benar untuk suatu masa dalam kondisi dan situasi tertentu, dan belum tentu benar untuk masa berikutnya dalam kondisi dansituasi masyarakat yang berbeda.


Kebenaran ilmu pengetahuan akan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman seperti berkembangnya biologi dan fisik manusia, berkembangnya masyarakat dan bangsa-bangsa di dunia secara evolusionis. Sebab itu penelitian bisa dilakukan terhadap kebenaran ilmu yang pernah diperoleh seseorang pada masa lalu, untuk memperoleh kebenaran baru dan mungkin juga ilmu pengetahuan baru. Karena itu sesuai dengan maknanya penelitian disebut riset (asal kata re = kembali, ulang dan search = penelitian, pengkajian, pencarian) jadi search mengandung arti penelitian ulang, kemungkinan terhadap hasil pemikiran atau temuan para pendahulu, untuk dibuktika kembali, apakah pendapat dan pemikirannya masih actual digunakan pada masa sekarang, atau perlu revisi dan modifikasi.

Filsafat
  • Bersifat universal, meliputi seluruh pengetahuan manusia yang tersusun secara umum.
  • Bersifat komprehensif, bertanggung jawab mengungkapkan realitas-realitas umum di segala bidang tentang keberadaan dan maujud.
  • Menggunakan silogisme (bentuk penalaran berdasarkan kausalitas, hukum sebab akibat) dengan metode rasional dalam berfikir untuk menemukan proposisi – proposisi umum ke proposisi – proposisi yang lebih khsus (deduksi)
  • Menggarap aspek eksistensi (aspek ontology) secara umum tanpa batasan untuk menemukan “sebabpertama sebagai pengetahuan primer”, serta menyelidiki fenomena dan prinsip-prinsipnya yang tidak tunduk pada eksperimen langsung secara empiric.
Baca Juga : Naluri Pengetahuan dalam Pengembangan Penelitian

Knowledge 
  • Bersifat parsial, particular sesuai pembidangan dan spesifikasi ilmu yang tersusun secara khusus.
  • Berdasarkan pengalaman sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan.
  • Menggunakan penginderaan dengan metode empirical, berangkat dari realitas khusus kepada realitas yang berlaku umum (induksi)
  • Pembatasan daya fikir manusia oleh batas-batas wilayah empirical menurut wilayahnya masing-masing.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Filsafat penelitian Dalam Bingkai Agama"

Post a Comment